Sunday, December 18, 2011

Kebahagiaan

kebahagiaan adalah seni merangkai buket dengan bunga yang ada di sekitar kita




Setiap pagi, sepanjang jalan menuju sekolah kami, di antara laju mobil, kereta (sepeda motor), dan labi-labi, aku menyempatkan diri membuat bouquet dari ilalang, putri malu, dan matahari kecil. Untuk diriku sendiri, hari yang akan ku jalani dan untukmu. Setelah semalam kukenakan kaos usangmu yang sangat kusuka, yang kuminta dengan sedikit paksa hari itu, hari ini kembali kucoret satu hari dari 365 hariku mendatang tanpamu.

-- Blang Bintang, 300 hari sejak "pertemuan" pertama kita

Thursday, December 15, 2011

Imam

Imam --teman baruku, yang selalu ceria, tertawa, pandai mengaji, pintar menari, juga menyanyikan lagu-lagu girl band zaman sekarang. "Kak, punya lagu dilema-nya Cherry Bell nggak? Kalau punya nanti aku ajarkan bahasa Aceh"





Walaupun tak berhasil menemukan lagu tersebut dalam file "music"ku, namun tetap dengan tawanya yang khas, Imam bersedia mengajariku beberapa rangkaian kata. "Loen meuteungeut that!" (Aku sangat mengantuk). Kalimat yang sangat sulit aku ucapkan yang akhirnya mengantarkanku ke alam mimpi menjelajah pantai Lhoknga seperti dalam cerita Imam. Imam putra ketiga dari empat bersaudara. Kakak lelakinya sedang melanjutkan studi di Universitas Syah Kuala, kakak perempuannya masih duduk di bangku SMA kelas 3 di Banda Aceh yang sepertinya masih berusaha keras menghapal genre dalam teks bahasa Inggris. Adik lelaki Imam yang masih berusia 16 bulan memiliki senyum yang Subhanallah bisa menawan hati semua orang. Ayahnya seorang kepala sekolah SMA swasta Bina Bangsa di kecamatan Blang-Bintang. Pria pendek, gemuk, berkulit hitam dan berkumis lebat ini sama sekali tak semengerikan tampangnya. Bisa dibilang wajah angry bird-nya kalah dengan kebaikan  hatinya yang seperti Hello Kitty. Beliau adalah pelopor yang mendirikan sekolah tersebut atas dana pribadi dan sebagian swadaya masyarakat. Pasca tsunami 2004, sekolah tersebut mendapatkan bantuan dari pemerintah Aceh sehingga bisa dibangun kembali. Amak Imam seorang bidan desa yang dengan sukses meyakinkanku bahwa postur tubuh seseorang (berat dan tinggi badan) seseorang hanya 5 % ditentukan oleh keturunan. Sisanya dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi ibu ketika mengandung dan menyusui. Entahlah jika posturku yang paling kecil dari kelima teman seperjuanganku disini adalah tercipta karena takdir Tuhan atau ada faktor lain karena sepertinya masa kecilku sudah cukup berlimpah asupan gizi.

Sungguh keluarga yang menyenangkan; sangar  dan berkharisma di waktu tua, namun berwajah malaikat di waktu muda.