Thursday, October 24, 2013

Disiksa Kebosanan

Sudah hampir 8 bulan aku tinggal di asrama tetapi belum juga kerasan. Rutinitas monoton dan kegiatan teoritis yang di"ada-ada"kan membuatku jengah. Aku menjadi penasaran sebenarnya akhir dari semua ini itu apa? Kata-kata penghiburan yang sering aku dengar adalah:
"What will be, will be...bersyukurlah...kamu ini sudah sangat beruntung...nikmati saja...let it flow...sabar..." hingga kalimat yang lebih masuk akal, seperti "halah, nanggung. Udah menderita lebih dari separuh perjalanan. Dikit lagi." atau "Kamu bisa apa? Mau ngembalikin duit yang udah terlanjur kamu makan?"

Penderitaan sejauh tidak membunuh, seharusnya membuatku semakin kuat. Tapi kuat dalam hal apa? Kuat menjadi "yes man", menjadi pion, atau menjadi boneka kayu? Aku merasa seperti bidak (atau budak?) yang dijalankan oleh orang-orang berkuasa atas dalih "proyek" peningkatan pendidikan bangsa. Grand design yang luar biasa (terlihat) bagus, aku rasakan sebagai rencana pengalihan yang melibatkan beberapa kepentingan.

Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal dan yang dilanjutkan oleh Pendidikan Profesi Guru (PPG) dilaksanakan selama 5 periode (5 tahun). Selama 5 tahun itu pula, diambil putra-putri daerah dari berbagai Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal yang juga di-beasiswa-kan dan di PPG-kan di universitas pencetak gelar sarjana pendidikan yang ditunjuk oleh pemerintah. Setelah putra-putri daerah tersebut selesai merampungkan beban beasiswanya, mereka akan dikembalikan ke daerahnya untuk mengabdi (menjadi guru pegawai negeri sipil).

Lalu bagaimana dengan ribuan pasukan pengalihan yang sudah dikorbankan demi terciptanya pegawai negeri sipil putra-putri daerah tersebut?

Itulah pertanyaannya.

Apakah aku harus memikirkan alternatif pekerjaan lain? Ini pertanyaan selanjutnya.

Pertanyaan akhir, lalu siksaan ini untuk apa?

Thursday, October 17, 2013

Pain for Beauty

Cantik itu apa? Bagaimana? Rambut panjang dengan ikal di ujung, wajah tirus, lesung pipi, leher jenjang, ketiak putih, kaki jenjang, dan kuku diatur rapi sepanjang 3 mm? Berbagai hal sepertinya dilakukan untuk mencapai arah tersebut. Rebonding/smoothing, blow sana-sini, pakai make up tebal plus shading pipi, pakai blouse dengan potongan leher rendah, waxing di beberapa bagian tubuh, pakai high heels atau wedges, hingga pedicure dan manicure. Teringat waktu itu di candi ke lima Gedong Songo, ada perempuan yang memakai wedges yang terlihat berat kesulitan menuruni jalan setapak yang akhirnya melepas alas kakinya dan rela berkotor-kotor menginjak kotoran kuda setelah lelaki yang bersamanya menyerah untuk menggendong di punggungnya.

"Pain for Beauty" Kalimat tersebut tercetus dari kisah asli Cinderella yang ketika itu para saudara tiri harus memotong jarinya atau melindaskan kakinya ke gerobak agar kaki mereka bisa muat memakai sepatu kaca. 



Dengan ini, aku yang punya rambut lurus kaku memerah, pipi tembem tanpa lesung pipi, dada dan pantat rata serta kaki yang selalu kram jika terlalu lama memakai sepatu hak tinggi berikrar menganggapmu sebagai yang terindah....

....meskipun bagimu dia-lah yang tercantik.

Monday, October 14, 2013

Gantinya Telaga Warna dan Candi Dieng

Berminggu-minggu yang lalu aku mencoba browsing tempat wisata yang bisa dikunjungi untuk mengisi liburan Idul Adha (13-14 Okt). Terpikir untuk menyeberang ke Karimunjawa atau rafting di Banjarnegara, tetapi akhirnya kuambil keputusan untuk nanjak (naik motor) ke Dieng. Murah meriah kabarnya. Tidak muluk-muluk harus mendapatkan golden sunrise Sikunir, hanya berfoto dengan sekawanan teletubbies di kawasan candi Dieng sekiranya cukup. Okay, setelah deal-deal-an sama Fuad, diputuskan untuk berangkat selepas subuh di hari Minggu. 

Yah, apalah kuasa manusia ketika ternyata Fuad bangun kesiangan, diketok pintu kosnya tidak ada yang membukakan, dan telepon, sms, whatsapp-pun tiada guna. Matahari sudah meninggi dan bayangan tentang Telaga Warna serta candi Arjuna memudar. Pukul 6.30 Fuad keluar,"Jadi?"

Speechless....

Setelah berjuang meredakan gejolak hati dan Fuad sudah mandi ala kadarnya, kuboncengkan dia. Mampir pasar krempyeng untuk membeli sate ayam 5000/bungkus, kami menuju "telaga warna". Gazebo embung UNNES menjadi tempat sarapan kami. Embung yang warna airnya hijau menjijikan kiranya cukup mewakili "indah"nya Telaga Warna  dan Telaga Pengilon. 





Next, untuk mengganti candi Dieng yang terdiri dari: candi Arjuna, Srikandi, Sembadra, Puntadewa, Semar, Gatotkaca, Setyaki, Nakula, Sadewa, Petruk, Gareng, Dwarawati, Abiyasa, Pandu, Margasari, Bima, aku putuskan untuk ke Candi Gedhong Songo yang konon kabarnya mirip Candi Dieng.

Tetap tanpa kata tanpa aba-aba aku membawa "kami" melewati jalur Bandungan untuk "nanjak" menyambangi candi-candi yang sebenarnya jumlahnya tinggal 5. Ini adalah kedua kalinya aku menginjakan kaki ke kompleks candi Gedhong Songo setelah kurang lebih 8 tahun silam. Terjadi banyak perubahan seperti sudah ada jalan setapak (yang banyak eek kudanya), kios penjual yang ditata apik, dan tentunya kuda yang semakin banyak dan bertarif mahal (90 ribu rupiah untuk keliling ke sembilan a.k.a kelima candi). Sejauh yang aku ingat, dahulu ada hamparan bunga ungu di antara puhon-puhon pinus yang bergerombol di sana. Kini gerombolan pohon pinus itu sudah dipagari Perhutani dan hamparan bunganya ditimpa oleh bangunan ala camp musim panas. Memutari kompleks candi sudah tidak sebegitu melelahkan dahulu jadi tak perlu menyewa kuda kalau memang tidak ingin naik kuda, sumber air panas belerang-pun sudah dialirkan ke kolam pemandian dengan paralon-paralon yang seliweran di beberapa tempat.

 Candi 1

Banyak anak pramuka yang menjadikan jalur ini untuk kegiatan mencari jejak.


(Akhirnya) Candi 5 (sekaligus 6-7-8-9)

Perjalanan mengitari kompleks candi selesai, saatnya makaaannn!!! Bermacam-macam buah di pasar Bandungan dan ikan bakar Jimbaran bisa jadi alternatif. Atau untuk penggemar sapi dan turunannya (daging, sosis, susu segar, milkshake, yougurt,  dan lain-lain) Cimory juaranya!

Baiklah, belum saatnya Tubby berjumpa... Takkan lari gunung dikejar... Dieng, suatu hari....

Saturday, August 31, 2013

You are the Only Exception

Kamu tahu sawang sinawang? Teman-temanku banyak yang bilang kita itu punya banyak kecocokan dan selalu tampak menyenangkan. Begitukah? Apa kita selalu baik-baik saja? Kita berbeda, atau bagiku kita demikian berbeda. Kita tidak selalu menyenangkan atau aku merasa aku tidak selalu senang. Ini bukan tentang apa yang kamu suka dan tidak aku suka.

Oh, bukan...bukan begitu. Kamu menyenangkan. Bahkan teman-teman sekamarku ingin membuat fans club tentangmu. Mereka seolah-olah mengerti, mengenalmu, ikut memilikimu dan menjadikanmu sebagai temannya. Seluruh duniaku menyukaimu. Kamu bisa melebur dengan sempurna. Sebaliknya, apa yang aku ketahui tentang duniamu? Tentang hobimu? Tentang teman-temanmu? Tentang cita-citamu? Aku tidak tahu. Mereka tampak demikian asing. Kamu mungkin menganggapnya aku membecinya. Aku tidak mendukungmu. Bukan. Aku hanya merasa tersingkir di sana.

Aku ingin memberi, ingin merasa dibutuhkan, tapi kamu tidak pernah meminta. Sejalan dengan itu, aku ingin melihat duniamu, ingin tahu apa yang bisa membuatmu tertawa, tapi kamu tak pernah menawarkan. 

Aku takut jika suatu saat kamu akan lebih bahagia jika tidak denganku. 

Aku tidak suka makan bakwan, tapi aku dengan senang hati akan memasakkannya untukmu. Aku bukan orang yang lapang, tapi aku akan belajar untuk bisa maklum. Aku bisa tidak menonton Sendratari Ramayana, jika memang kamu lebih suka kartun Jepang. 

Aku bisa saja pergi, kecuali pergi meninggalkanmu.

#backsound "When You were My Man"

Asmara yang Terhalang Asrama

Asrama lagi? Iya, soalnya banyak yang nanya sih, kenapa tinggal di asrama. Beginilah ceritanya: awal mula gara-gara program SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Salah satu masalah besar di Indonesia: terlalu banyak singkatan. Program ini semacam Indonesia Mengajarnya Anies Baswedan tapi ini dikelola oleh pemerintah (Ditjen DIKTI: kepanjangannya dari?). Jangan ditanya deh, bedanya apa sama Indonesia Mengajar. Yang jelas tuh bedaaaa...banget! Selengkapnya tentang SM3T di sini. Singkat cerita (proses daftar sampai penempatan beribet minta ampun), aku di tempatkan di Kabupaten Aceh Besar, kecamatan Seulimeum, kemukiman Lampanah-Leungah, gampong Lampanah (mau kasih link tapi ternyata lokasinya gak kelihatan di Google Map karena ngeblur). Nah, setelah ditugasin di sana, aku (dan yang lainnya) dikembalikan ke kampus untuk penggemblengan berikutnya yang disebut PPG (Pendidikan Profesi Guru). Salah satu dari sekian BUANYAK kewajiban selama PPG adalah tinggal di asrama. Ternyata, yang satu ini menarik salah BUANYAK yang lain. Kalau mau tahu jadwal kami, yang mau tahu aja sih.. (ikh, om-nya kepo) :D, bisa diunduh di sini. Itulah mengapa hingga saat ini aku nggak bisa pulang rumah sering-sering, nonton bioskop malem-malem, nonton Fuad openmic, selalu ngomel kalau Fuad pergi openmic sampai pagi (nggak lagi dah..kan kamu udah lulus :p), dan nggak bisa sering-sering makan enak juga tidur nyenyak. 


Ya Alloh, paringono kuat...paringono Fuad... Aamiin... ^_^9


Thursday, June 20, 2013

Anak Asrama Nyasar di Jogja #1

“Tapi yang menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri kita sendiri; sebuah rumah yang sesungguhnya. Yang membuat kita tak akan merasa asing meski berada di tempat asing sekalipun…
…because travelers never think that they are foreigners.” ― Windy Ariestanty, Life Traveler.

Dan kemudian terlintas kata Jogja begitu saja, sore lalu sepulang kegiatan asrama. Jenuh dengan semua aturan-aturan yang bahkan nggak aku ngerti tujuannya untuk apa. Pagi berikutnya (06.00), bersama dua orang teman (@rossyoktaviani dan Mbak Tiwi) nekat meluncur bersepeda motor melintasi Semarang-Jogja (rekor baru bagiku mengendarai sepeda motor sejauh itu). Dengan nasi pecel alun-alun Magelang sebagai sarapan, pukul 10.00 kami sudah tiba di tujuan pertama: Taman Sari.  (Jelas, lengkap dengan tersesat). Cukup melelahkan untuk mendapatkan beberapa spot foto yang baik. Lalu kemana? Perjalanan tanpa rencana memang bisa sangat membingungkan. Baiklah, diputuskan kampus Universitas Gadjah Mada berikutnya untuk menghampiri adikku (@AfrindaSwastika) yang akan menjadi guide kami selanjutnya. Masjid kampus UGM membuat saya flashback mengingat masjid di kampus-kampus lain. Mungkin ini yang terbaik. ^_^

Malam menjelang, dengan bulan samar setelah hujan, House of Raminten menjadi pilihan kuliner. (Lumayan.... soal rasa, satu hingga sepuluh, dapet tujuh dehh..!). Selanjutnya, kami meluncur ke Tugu 0 kilometer. Atas petunjuk guide jadi-jadian @AfrindaSwastika dengan pengetahuan wisata Jogja yang pas-pasan, jadilah kami nongkrong di tugu 0 kilometer Jogja. Tugu berbentuk kaki dengan akar-akar  menjulang menjadi simbol titik mula Jogjakarta. Beberapa komunitas meramaikan malam itu. Musik perkusi, sepeda (yang bisa jungkir balik), pelukis dan masih banyak lagi. 

Perjalanan kali ini seharusnya ditemani juga oleh @fuadfuu, namun karena kesibukannya dengan komunitasnya, jadi kami harus berpuas diri mengambil gambar secara bergantian. hehe,, ^_^v
Satu hal yang aku sadari sejak malam itu adalah komunitas itu seperti rumah di mana (mungkin) tidak ada rumah lain yang bisa menampung mimpi unik kita.

*Tulisan kali ini absurd ya? hahaha,, Tenang, masih ada Jogja in Action hari kedua dan tiga. Mungkin ceritanya bisa lebih bagus ^_^



Monday, April 15, 2013

Surat, yang selalu dari kamu


Waktu  SD-SMP-SMA aku rajin lewat depan TU sekolah karena di jendelanya biasa terpampang surat / wesel dari orang tua murid (yang bekerja di luar kota/ luar negeri). Ngiri banget, asli! Banyak nama teman-teman yang pernah terpampang di sana. Suatu ketika, untuk pertama kalinya namaku muncul, tapi ternyata surat itu salah alamat. (yahh...) Amplopnya berisi sertifikat karya tulis ilmiah. Nggak mungkin kan, aku dapat sertifikat karya tulis ilmiah? hahahaa...

Beberapa saat kemudian, beberapa kali, aku kerap menerima surat yang sudah nggak lagi aku simpan tentunya. (Nyimpen surat ijazah aja pernah ilang. hehehe,,). Surat, yang selalu dari kamu. Aku suka membaca kumpulan kata-kata yang sedikit berbeda dari kata-kata biasa. (tapi nggak beda banget lah ya, ntar akunya malah nggak maksud). Kata-kata yang terbaca indah seolah-olah setiap hurufnya dipikirkan dengan baik. Kata-kata yang sederhana, biasa namun bisa sangat kaya. Dari dulu aku suka tulisanmu. (walaupun bikin aku minder untuk nulis. Halah, dasarnya tulisanmu nggak ada puitis-puitisnya, Del!). 

Aku kadang menganalogikan, orang yang mampu menulis indah  adalah orang yang hidupnya indah (susah?). Orang yang bisa menikmati secangkir kopi pekat di warung sederhana di pinggir jalan, senang berkelana bertemu orang-orang dengan beragam pembicaraan. Aku mungkin bukan orang yang sangat berambisi di apartemen mewah, jalan-jalan keliling Eropa, punya mobil luxurious (VW New Beetle termasuk luxurious nggak ya? :3). Tapi aku kadang tidak terlalu suka terjun di dunia yang indah itu. Aku lebih suka kenyamanan yang membuat ceritaku mentok pada imajinasi "akhirnya mereka hidup bahagia lebih lama dari selamanya." (sungguh akhir yang aneh, bukankah akhir cerita bahagia itu tidak ada? Jika ada, tentunya tidak akan disebut akhir). Tapi aku tetep suka melihat, membaca, mendengar dan membicarakan kehidupan kamu, mereka, kehidupan yang indah itu dengan sedikit perasaan iri. (Aku ini aneh ya? Sudah, abaikan!).

Terima kasih suratnya, aku suka. Seperti biasanya, selalu suka. Hanya membaca, melihat, terlalu takut dan tidak mau bersentuhan. Salut, duniamu indah.

- Adelina, 23 tahun, (masih) pacarnya Fuad, dengan uban yang lebih banyak dari tahun lalu. ^_^

Wednesday, April 3, 2013

Teacher: Passion / Patience / Patient ?

God, help me please...






P.S : Students, if you have God in you heart, you will have a good characters. Please, we (teacher) can not take a full responsibility in your characters.

T,T

Friday, February 22, 2013

Satu Buket Hinaan

Jamnya makan siang. Aku segera beranjak dari meja untuk pergi ke kantin. Dari depan pintu ruangan kerjaku, kulihat ada seseorang yang menghampiri.

"Dek, nih ada kiriman." Teman sekantorku menghampiriku sambil cekikikan.
"Dari siapa mbak?" aku terima se-buket mawar merah.

Mbak Fida hanya mengangkat bahu sambil berlalu tertawa makin keras. Kiriman bunga ke kantor dan tidak ada nama pengirimnya.

Pesan yang tertulis: Nih, gue kasih...apa yang gak pernah pacar loe kasih.. hahaha...

Sepertinya aku tahu siapa yang kirim. Sambil merengut kecewa, aku buang paketan itu ke tempat sampah. Rupanya mas Roni melihatnya. Teman sekantorku yang lain.

Dia memungutnya dan bertanya,"Kenapa dibuang Dek? Bunga bagus begini. Mahal nih..."
"Gak suka."
"Heu...sejak kapan gak suka bunga? Kok taplak meja kerjamu masih kayak Kebun Raya Bogor gitu? Gara-gara buket bunganya bukan bunga bangkai yak? Hahaha..."
"Gak suka yang kirim."
"Orangnya humoris, perhatian, sampai tahu kalau pacarmu gak pernah kasih bunga segala."
"Itu penghinaan. Pacarku memang nggak romantis. Mungkin juga dia malu kalau bersikap lembek pake kasih bunga segala. Bunga kan gak ada gunanya. Mending dia traktir aku makan, jalan-jalan atau nonton. Lagian aku bisa kok, beli sendiri. Atau...Ah, that's not a big deal!"
"No. It's a big deal. It's not as simple as you said." katanya lirih
"Yes. It is as simple as I said!" teriakku

Mas Roni cuma menggelengkan kepala sambil berbalik meletakan bunga itu kembali di tempat sampah.

(to be continued)

Tuesday, February 19, 2013

Paspor Online Tanpa Calo

Dulu waktu kecil paspor masih nebeng orang tua. (sekarang udah kadaluarsa pastinya). Kata ibu, bikin paspor itu susahnyaaaa...menyebalkan. Jadi penasaran nih... Awalnya cari-cari info di google. Dan, inilah cara yang kutempuh: 


1.         Daftar on-line di: http://ipass.imigrasi.go.id:8080/xpasinet/faces/InetMenu.jsp. Minimal sehari sebelum memutuskan berangkat ke kantor imigrasi terdekat. Yang diperlukan untuk daftar online, SCAN: KTP, Kartu Keluarga, Ijazah terakhir.

Laman pertama, akan muncul:


Pilih Pra Permohonan Personal

Selanjutnya isi INFORMASI PEMOHON
 
Klik: Lanjut

Lalu isi INFORMASI PEMOHON yang kedua

 Klik: Lanjut

Kemudian  upload scan gambar KTP, Kartu Keluarga, dan Ijazah.
 Klik: Lanjut, lalu pilih kantor imigrasi terdekat. (Saya pilih Kanim Kelas II Cilacap) 
Setelah itu, cetak/print Tanda Terima Pra Permohonan dan On-line pun selesai!

2.      Datang ke Kantor imigrasi sesuai tanggal yang sudah dipilih sewaktu mendaftar on-line. Usahakan datang pagi hari. Kantor imigrasi buka jam 08.00. Bila perlu datang sebelum jam 08.00 (Aku tiba di kantor imigrasi Cilacap jam 07.30) dengan membawa: a. Foto copy beserta aslinya: KTP, Kartu Keluarga, Ijazah. (semua fotocopy berukuran A4 / tidak perlu dipotong) b. Tanda Terima Pra Permohonan. c. Materai 6000 (bisa beli di tempat). Sesampainya di kantor imigrasi, minta formulir dan stopmap (gratis) kemudian isi di meja yang sudah disediakan. Pukul 08.00 tepat, antrian di buka dan mintalah nomer antrian seperti ini:

 Keren kan, dapet antrian pertama ^_^

3.   Begitu nomor antrian dipanggil, serahkan berkas di dalam stopmap tadi ke petugas. Tanda tangan surat perjanjian sama nempelin materai 6000. Setelah dianggap lengkap, entah untuk alasan apa,  aku disuruh kembali lagi jam 14.00 untuk foto dan wawancara. Kata-kata petugasnya, “Mbak, nanti jam 2 kemari lagi langsung temui saya untuk foto.” (ini posisi jam 08.30)
4.  Jreng...jreng...setelah ngelayap selama 5 jam di kota Cilacap, aku kembali lagi dan langsung nemui petugasnya tadi. Ealah, ternyata cuma dikasih NOMER ANTRIAN BAYAR-FOTO-WAWANCARA  dan harus antri lamaaaa... -_____- *mulai BeTe*



 Lusuh, saking gemesnya. Waktu itu untuk pembayaran masih di nomor C-116, Foto di nomor C-92, Wawancara di nomor C-76

5.   Untungnya ketemu 2 temen ngobrol yang asyik banget. Obrolan keren seputar dunia, kutukan terhadap birokrasi dan masih banyak lagi. hahaha... Dan setelah nomor dipanggil sesuai jatahnya. Pertama bayar paspor Rp. 200.000 plus foto biometrik Rp. 55.000. Total: Rp 255.000 dan jangan lupa simpan bukti pembayaran. Kedua, foto biometrik. Ati-ati, bapaknya mood-mood'an. Terakhir, wawancara (cuma ngobrol doang sih..)  Di akhir wawancara jangan lupa tanya kapan kira-kira paspor jadi (biasanya dalam waktu 3 hari kerja). Soalnya waktu itu aku lupa tanya. hahaha,,
6.    Udaaahhhh.... 18 Februari 2013 paspor aku ambil. Taraaaaa.....!!!!!!



NB: Oh iya, waktu datang ke kantor imigrasi pakai baju berkerah ya? Kalo enggak, disana disediakan baju berkerah garis-garis (model cowok) yang lusuh dan bau apek mungkin bikin gatel untuk dipakai pas foto. Nggak enak kan? Dan jangan lupa ramah sama petugas, biar petugasnya ikutan (sedikit) ramah. Di kantor imigrasi juga banyak calo. Jadi hati-hati dan abaikan saja. Ciri-cirinya: Pakaian rapi (kemeja/batik), bersepatu pantofel, bawa tas kerja, bawa bolpoin banyak di sakunya, pakai ID Card yang dicantelin di dada, dan menawarkan jasa "Saya ini calo resmi lho, mbak..." (batinku, calo kok resmi??) ^_^
       Sekian, selamat mencoba.... Emmm,,, ada yang mau ngajakin aku jalan-jalan?? :p


Wednesday, February 6, 2013

Pengenang, Secuil Ingatan

Hari ini aku disibukan dengan beres-beres gudang (baca: kamar). Yang kusukai dari bersih-bersih (walau seringnya tidak) itu saat aku menemukan benda-benda yang nostalgic. Puisi cinta jaman SMA, foto genk yang udah mulai pudar dan kali ini aku nemuin bros (aksesoris jilbab) yang bentuknya ring. Bros ini dulu udah kayak trademerknya aku. Gak ada temen SMA yang pakai bros begini. :)



Aku dulu (2004) sekolah di SMA Negeri 1 Maos, cuma 10 menit dari rumahku naik bis umum. Dulu pengin banget sekolah di kota (jiaahh...FYI, Maos itu desa. Kecamatan tepatnya). Tapi ibu bilang, kehidupan kota itu tidak baik bagiku. Alhasil, aku didaftarin (iya, didaftarin. Bukan daftar sendiri) sama ibuku lewat guru sekolah itu yang juga temen Bapak. Eh, jangan salah kira, *bobot nilaiku tinggi lho! Jadi gak semata-mata nepotisme. (suomboong!) Namaku terdaftar di nomer dua dari atas di papan pengumuman penerimaan siswa baru. Keren kan? #plak

Karena letak sekolah yang (bahkan) lebih deket daripada jarak rumah sampai SMP dulu, aku jadi punya banyak (banget) temen yang tadinya satu SMP bahkan satu kelas. Jreng..jreng..jreng! Aku masuk kelas X1 (sepuluh satu) dengan beberapa mantan teman SMPku. Ada anak namanya Ginanjar Kusuma Setyo Utami (FYI, itu nama cewek cc: @AnjarlianKusuma ), dia teman sekelasku pas SMP dan kebetulan juga jadi temen sekelasku pas SMA. Sepertinya kami jodoh. (Yak benar, kami duduk satu meja! : D )
Well, ketika si kutu buku (aku) dan si “bunga sekolah” (temanku) di satukan akan timbul beberapa masalah. Diantaranya tentang COWOK! Fiuhh.. Temenku yang sejak SMP udah digandrungi cowok-cowok dan udah beberapa kali pacaran bertekad mencarikan jodoh buatku (cewek cupu, pendiem dan belum pernah pacaran). Ada beberapa kandidat yang menurut dia layak dipertimbangkan. Guess what? Aku pasrah gitu aja dicomblangin dan dengan lugunya bilang,”yawudah, tak terima cowok yang duluan nembak” -____-‘
Pacar Pertama: item manis, jago basket, anggota paskibra, sekarang dia udah jadi guru olahraga SD. (Yang jeleknya, nggak usah diomongin). Empat bulan pacaran (backstreet). Paling berkesan: Kasih cokelat se-keresek gedhe dan macem-macem jenisnya (bukan karena valentine lho!). Putus karena udah gak betah. Sama-sama gak nyaman selalu bersikap malu-malu, selalu ngehindar satu sama lain di dalem kelas biar gak di “ciyee-ciyee”in temen-temen.  (bener-bener lugu banget deh!).
NOTE                 : 1.  Jangan pacaran sama temen sekelas.
  2. Cara backstreet biar gak ketahuan itu dengan tetap menjadi ranking satu di kelas. (orang tua enggak akan curiga dengan temen cowok yang kamu ajak main kerumah)
Kelas sepuluh terlewat sudah, giliran penjurusan dan aku dijuruskan di kelas XI IPA 1. Job tambahan: sekretaris OSIS. Jatuh cinta lagi. Mungkin cinta pertama, tapi bukan pacar pertama. Hahaha,,
Jaket OSIS SMA Negeri 1 Maos (2005/2006)

Pacar Kedua:     Ketua OSIS (skandal macam apa inih!!!), puitis (ciyus!), sekarang dia jadi penulis dan akan menjadi dosen (kabarnya). Pacaran 1 tahun 8 bulan (setengahnya backstreet). Paling berkesan: Berangkat lebih pagi ke sekolah untuk piket (belum sarapan) dan ada  bubur kacang ijo, bunga, sama puisi di laci meja di kelas. Putus karena kesalahpahaman dan sering ribut (masih labil gitu deh!)
NOTE              :Pacaran sama orang punya jabatan itu harus rela kehilangan banyak janji. (Misal: janjian mau ke kantin bareng, eh gak jadi karena tiba-tiba dipanggil kepsek)

Ah, kisah kasih di sekolah...... *Ini tadi ngomongin bros kenapa jadi tentang cinta-cintaan???Ah, sudahlah...

*Foto di atas baru di ambil hari ini. Jaman SMA belum suka foto-foto. Gak percaya???!!! | Percaya dong, kan mukanya udah keliatan tua | ah, kalian ini!