Saturday, May 31, 2014

Karena Kita Istimewa 2



Siapa bilang kita tak berani
takut itu bukan seperti ini
Kita justru menolak mati
walau terpisah seluas negri

Kita itu bukan lari
apalagi menyerah sembunyi
Kita hanya menunggu hari
di waktu yang tepat pasti

Kita ini sedang bersiap
agar kelak melangkah tegap
tak peduli kata orang berucap
Perlukah kita banyak cakap?

Kalian tanya pengorbanan?
Kita bahkan tak bergandeng tangan
lama pula tak berpandangan
Apa itu bukan perjuangan?

Namun ini cara kita berkisah
tak pantas bila kita berdua menyerah
Takdir itu tak lalu menjadikan pasrah
bukan pula pelampiasan amarah

Kita kan terus mencinta
dari pagi hingga datang senja
lalu sampai hari berikutnya
Karena kita percaya,
- - kita begitu istimewa

A.S


Backsound: Asmara Nusantara (Budi Doremi)

Friday, May 30, 2014

Karena Kita Istimewa


Seharusnya cinta kita sederhana
semudah Zaini dan Nurmala
yang menikah setelah lulus SMA
dan kini telah beranak dua

Lihatlah mereka bahagia
memancarkan canda dan tawa
dari rumah tua peninggalan ayahnya
yang bahkan tak punya jendela

Seandainya mereka adalah kita
cukuplah sawah sepetak di desa,
perahu kecil pencari tuna
dan sekawanan sapi di sabana

Itulah hidup seadanya
tak perlu rekening bank di kota
cukup warung kecil tempat bertukar benda
dan mainan anak ala kadarnya

Sekolah itu untuk apa?
hanya sebuah taman bermain saja
cukuplah ilmu berumah tangga
yang penting hidup dan bergembira

Tak perlulah itu sosial media
ataupun gadget harga berjuta-juta
romantis itu sepiring berdua
saling menyuap tersenyum mesra

Tapi kau bilang, kita itu berbeda
Kita punya segudang cita-cita
Hidup tak bisa hanya begitu saja
Kita butuh menjadi istimewa


A.S


Thursday, May 29, 2014

Peluit


Peluit itu ia berikan, sebelum aku pergi perlahan
Peluit yang padanya aku percayakan rasa takut, rindu dan angan
Selalu kutiup bilamana air mata mulai menggenang,
rasa takutku seketika datang, dan
kakiku mendadak goyang.
Rindu, ah iya, selalu tentang rindu
Kunikmati rindu layaknya hari yang mula dingin lalu menghangat
dan kemudian ranum jingga di ujung barat
Rindu yang terkadang membuat kami lepas tetawa,
Namun tak jarang pula membuat pilu bagai hilang nyawa
Kami melewatinya dengan cukup baik,
walaupun ada bekas luka yang tak cukup resik

Di suatu sore yang mulai remang,
akupun kembali pulang
Dari rumah seberang, kulihat kau berlari datang
memastikan diri kau tak salah orang
Kau melihatnya, peluitku yang memantulkan cahaya
Ini milikku, katamu
Bukan.
Ada namaku.
Lalu aku tahu, di mana dunia baruku


A.S

Thursday, May 22, 2014

Film dan Temannya

Ada seorang teman yang sangat baik dan punya bakat yang luar biasa. Salah satu bakatnya adalah membuat orang lain merasa nyaman dan senang. Satu dari berbagai hal yang menyenangkan darinya adalah stock film yang dia miliki sangat banyak dan sebagian besar dari film-film itu merupakan jenis film yang saya suka. Entah berapa perbandingan kapasitas film di tiga harddisc-nya dengan file-file yang lain. Terakhir kulihat, folder skripsinya bahkan hanya beberapa megabyte. Selain hobi kuliner, kami hobi nonton. Kami bahkan sudah membuat jadwal film yang wajib ditonton di bioskop sepanjang tahun semenjak tiga tahun yang lalu. Perbincangan kami banyak berputar di sekitar jadwal bioskop,  ratting film di rottentomatoes, pemeran film, timeline cerita, musik pengiring dan hal-hal yang tak jauh dari dunia per-nonton-film-an, termasuk akumulasi tarif parkir mall jika mau menonton film secara marathon. Hebatnya, dia selalu mampu menceritakan (dengan sangat sabar) hal-hal di luar alur cerita yang bisa membuatku lebih mengerti timeline antara film yang satu dengan yang lain tanpa memberikan spoiler berlebihan. Misalnya, hubungan antara Peter Parker – Gwen Stacy – Mary Jane yang tidak terceritakan secara jelas (menurut saya) atau Ra’s Al Ghul yang disebut-sebut di Batman juga Arrow, lalu ada hubungan campur-campur antara Captain America, Iron Man, Hulk dan Thor, dan masih banyak lagi hal-hal yang membingungkan lainnya.


Kemarin saya merasa sangat kehilangan sosoknya ketika saya nekat menonton X-Men The Days of Future Past sendirian tanpa panduan dari siapapun. Dan oh Tuhan, itu sama sekali tidak direkomendasikan bagi orang-orang yang belum pernah menonton X-Men sebelumnya, atau orang-orang pelupa seperti saya. Tanpa membolak-balik timeline dari future ke past lalu ke future lagi saja sudah cukup membingungkan bagi saya. Apalagi film itu dengan sekonyong-konyong menyajikan masa depan, lalu tiba-tiba menyodorkan masa lalu yang pada akhirnya menghilangkan masa depan yang tergambarkan di awal. Lalu bagaimana nasib saya sebagai penonton di masa kini? Kebingungan saya masih belum terjawab hingga sekarang. 


Oh iya, saya berencana untuk menonton Godzilla. Apakah ada hal-hal yang perlu saya pelajari sebelum menonton film tersebut? Bagaimanapun, menonton film selalu menyenangkan.

Tuesday, May 20, 2014

Upacara Kebangkitan Nasional

Na-si-o-nal bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. (KBBI)

Tiga hari yang lalu saya nyekar ke makam eyang di Taman Makan Pahlawan Giri Tunggal Semarang. Pemakaman yang dikelilingi tembok hitam itu tertata apik dengan topi perang di atas pusara dan tanaman melati di atas kepala nisan. Setelah gerbang masuk ada semacam pergola yang diselusuri oleh tanaman rambat yang cukup rimbun, menjadikannya terowongan teduh bagi para peziarah yang masuk ke dalam lingkar tengah makam. Sore itu, ada sekumpulan pekerja makam yang sedang duduk merokok disepanjang jalan setapak, mengeluhkan lembur. Menunggu datangnya batu kerikil hitam penghias makam, katanya. “Bos ndhawuhi harus beres sebelum tanggal 20 mbak.” Oh, saya hanya manggut-manggut pura-pura paham. Berarti mereka hanya punya waktu kurang dari tiga hari untuk menaburkan batu-batu hiasan itu di makam sebanyak ini, batinku. Selesai mengirim doa dan menaburkan sedikit bunga di pusara eyang, saya melihat-lihat daftar nama yang di makamkan di tempat itu. Di atasnya terdapat tulisan, AKU GUGUR MEMBELA NEGARA, LANJUTKAN PERJUANGANKU. Dan semerta-merta aku ingat jika tanggal 20 Mei itu adalah peringatan hari kebangkitan nasional. 


Lagi-lagi tentang peringatan. Upacara yang terus menerus di ulang-ulang tiap tahunnya hanya menjadi prosesi seremonial tahunan yang tidak bermakna. Sebuah momentum, katanya. “Momentum untuk bangkit.” kata amanat pembina upacara yang membacakan pidato buatan tim naskah kepresidenan. Di saat Indonesia seharusnya sedang bangkit secara nasional, jujur dan akur, kita justru melihat calon-calon pemimpin kita sedang sibuk menghitung jatah kursi, jatah menteri, berebut kubu koalisi yang memegang media televisi dan mengumbar janji-janji yang tak pasti. Nasional itu bukan tentang satu-dua orang atau sekumpulan orang dan partai politik. Nasional itu tentang suatu bangsa yang besar, tentang semua yang ada dari Meulingge sampai Merauke, dari Sangihe hingga pulau Rote. Bagaimana kita, bukan kami ataupun mereka, tetapi kita bangkit bersama-sama. Kita sama-sama rindu akan rasa bangga terhadap bangsa kita sendiri, bangga bahwa kita adalah bagian dari bangsa itu, bangsa yang membanggakan. Leluhur kita tak perlu bangkit dari makamnya untuk berjuang karena kita ada di sini, di segala lini roda kehidupan yang akan melanjutkan perjuangan mereka. Berhentilah merasa benar, jadilah manusia yang benar. Berhentilah merasa pintar, jadilah manusia yang pintar. Kita sama-sama jenuh akan keterpurukan, jijik akan kebiadaban, bosan dengan kemiskinan dan jengah atas kebodohan. 

Saya sadar, saya di sini hanya berbicara. Jadi tolong ajari saya untuk menjadi orang yang berguna, yang bisa bangkit dan membangkitkan. Mari kita belajar bersama-sama untuk bisa melakukan tindakan nyata yang bukan hanya semata-mata prosesi upacara. Saya percaya bahwa kita bisa membangkitkan Indonesia.


Nyekar           : berziarah
Pergola    : jalan untuk pejalan kaki, di atasnya terdapat para-para untuk tanaman merambat sbg peneduh yg                                                ditopang oleh deretan tiang di kanan kiri jalan
Ndhawuhi     : (jawa) memerintahkan

Kulihat ibu pertiwiSedang bersusah hatiAir matamu berlinangMas intanmu terkenang

Hutan gunung sawah lautanSimpanan kekayaanKini ibu sedang laraMerintih dan berdoa

Kulihat ibu pertiwiKami datang berbaktiLihatlah putra-putrimuMenggembirakan ibu

Ibu kami tetap cintaPutramu yang setiaMenjaga harta pusakaUntuk nusa dan bangsa

Friday, May 16, 2014

Sebuah Kotak Berpita



Di dalam sebuah kotak berpita,
ada sekumpulan cerita
tentang indahnya cinta
yang melintasi jalur kereta

Di dalam sebuah kotak berpita
ada sebentuk cita-cita
tentang dua hati dan empat mata
yang berharap menyatu adalah nyata

Di dalam sebuah kotak berpita
ada kita, tentang kita


A.S

Sebuah Perenungan

Hanya yang pernah kehilangan yang tahu arti kepemilikan
Saat tahu bahwa "memiliki" bukanlah hak manusia, 
maka "hilang" hanyalah ketiadaan yang kembali ke asalnya
Semua itu adalah tentang keseimbangan
Datang - pergi, lalu besama - sama kembali

Hanya yang punya penyesalan yang tahu arti kesempatan. 
Saat tahu bahwa waktu relatif adalah semu, 
maka putaran hidup hanyalah akibat dari sebab di masa lalu
Atas - bawah, usaha kemudian berserah.

Hanya yang pernah menderita yang tahu arti berbahagia
Saat tahu bahwa memberi bukan tentang pengurangan, 
maka kegembiraan hanyalah perkalian dari apa yang diberikan
Suka - duka, hadiah Tuhan yang jenaka.

Kita itu tentang tidak ada menjadi ada lalu kembali tiada
Kita itu tentang penantian tepatnya masa
Kita itu tentang usaha untuk berbahagia


A.S.

Monday, May 12, 2014

Dekat itu di sini, bukan di sana

Aku mau kamu dan mauku cuma kamu
Kamu begitu dekat tapi mengapa tak lekat
Kamu pun tak jauh namun mengapa pula tak bisa ku sentuh

Aku milikmu walaupun kita tak kunjung bertemu
Aku jatuh cinta meskipun memang tak kasat mata

Hai cinta, mengapa kau bisa menjadi duka?
Kau begitu mencekat saat kau tak cukup rekat
Hai rindu, mengapa kau tak pergi saja dulu?
Aku ingin sejenak lupa tentang jarak yang ada

Apa yang kau harapkan sayang?
Apa aku harus diam saja pasang senyum bersahaja?
Sedang aku pun ingin sesekali bisa memanja
Atau aku harus tetap tertawa saat mungkin kau telah lupa,
bahkan telah berdua?
Aku khawatir, aku cemburu dan aku egois
Aku terus saja berpikir dan tak jarang pula menangis

Mengapa kau di sana dan tak kunjung kemari?
Sedang di sini ada cinta yang bisa kita miliki


A.S

Sunday, May 4, 2014

Beri Tahu Aku

Aku tahu, sudah lama tahu
Saat aku pertama kali menangis karenamu,
aku tahu kau tak seberapa menyayangiku
Aku tahu, sejak lama tahu
Sejak aku bukan menjadi pilihan utamamu,
aku tahu kau tak begitu menginginkanku
Aku tahu, dari dulu tahu
Sedari kau pergi waktu aku begitu membutuhkanmu,
aku tahu aku tak sedemikian berharga bagimu

Aku tahu,
hanya saja aku mendebat logikaku
hanya saja aku menyangkal keadaanku
Aku tahu, hanya saja aku menolak untuk tahu

Aku tahu,
kamu terlalu menyenangkan untuk jadi kenyataan
Akupun tahu,
kamu menjadikan dirimu sebentuk kebiasaan di dalam zona nyaman

Tapi kini aku tak tahu,
saat dengan gamblang kau ganti harapan menjadi kenangan
Aku malah tak tahu,
saat kau hentikan usahamu untuk terlihat meyakinkan

Aku tak tahu, apa aku akan terus berpura-pura untuk tidak tahu.


A.S