Thursday, October 24, 2013

Disiksa Kebosanan

Sudah hampir 8 bulan aku tinggal di asrama tetapi belum juga kerasan. Rutinitas monoton dan kegiatan teoritis yang di"ada-ada"kan membuatku jengah. Aku menjadi penasaran sebenarnya akhir dari semua ini itu apa? Kata-kata penghiburan yang sering aku dengar adalah:
"What will be, will be...bersyukurlah...kamu ini sudah sangat beruntung...nikmati saja...let it flow...sabar..." hingga kalimat yang lebih masuk akal, seperti "halah, nanggung. Udah menderita lebih dari separuh perjalanan. Dikit lagi." atau "Kamu bisa apa? Mau ngembalikin duit yang udah terlanjur kamu makan?"

Penderitaan sejauh tidak membunuh, seharusnya membuatku semakin kuat. Tapi kuat dalam hal apa? Kuat menjadi "yes man", menjadi pion, atau menjadi boneka kayu? Aku merasa seperti bidak (atau budak?) yang dijalankan oleh orang-orang berkuasa atas dalih "proyek" peningkatan pendidikan bangsa. Grand design yang luar biasa (terlihat) bagus, aku rasakan sebagai rencana pengalihan yang melibatkan beberapa kepentingan.

Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal dan yang dilanjutkan oleh Pendidikan Profesi Guru (PPG) dilaksanakan selama 5 periode (5 tahun). Selama 5 tahun itu pula, diambil putra-putri daerah dari berbagai Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal yang juga di-beasiswa-kan dan di PPG-kan di universitas pencetak gelar sarjana pendidikan yang ditunjuk oleh pemerintah. Setelah putra-putri daerah tersebut selesai merampungkan beban beasiswanya, mereka akan dikembalikan ke daerahnya untuk mengabdi (menjadi guru pegawai negeri sipil).

Lalu bagaimana dengan ribuan pasukan pengalihan yang sudah dikorbankan demi terciptanya pegawai negeri sipil putra-putri daerah tersebut?

Itulah pertanyaannya.

Apakah aku harus memikirkan alternatif pekerjaan lain? Ini pertanyaan selanjutnya.

Pertanyaan akhir, lalu siksaan ini untuk apa?

Thursday, October 17, 2013

Pain for Beauty

Cantik itu apa? Bagaimana? Rambut panjang dengan ikal di ujung, wajah tirus, lesung pipi, leher jenjang, ketiak putih, kaki jenjang, dan kuku diatur rapi sepanjang 3 mm? Berbagai hal sepertinya dilakukan untuk mencapai arah tersebut. Rebonding/smoothing, blow sana-sini, pakai make up tebal plus shading pipi, pakai blouse dengan potongan leher rendah, waxing di beberapa bagian tubuh, pakai high heels atau wedges, hingga pedicure dan manicure. Teringat waktu itu di candi ke lima Gedong Songo, ada perempuan yang memakai wedges yang terlihat berat kesulitan menuruni jalan setapak yang akhirnya melepas alas kakinya dan rela berkotor-kotor menginjak kotoran kuda setelah lelaki yang bersamanya menyerah untuk menggendong di punggungnya.

"Pain for Beauty" Kalimat tersebut tercetus dari kisah asli Cinderella yang ketika itu para saudara tiri harus memotong jarinya atau melindaskan kakinya ke gerobak agar kaki mereka bisa muat memakai sepatu kaca. 



Dengan ini, aku yang punya rambut lurus kaku memerah, pipi tembem tanpa lesung pipi, dada dan pantat rata serta kaki yang selalu kram jika terlalu lama memakai sepatu hak tinggi berikrar menganggapmu sebagai yang terindah....

....meskipun bagimu dia-lah yang tercantik.

Monday, October 14, 2013

Gantinya Telaga Warna dan Candi Dieng

Berminggu-minggu yang lalu aku mencoba browsing tempat wisata yang bisa dikunjungi untuk mengisi liburan Idul Adha (13-14 Okt). Terpikir untuk menyeberang ke Karimunjawa atau rafting di Banjarnegara, tetapi akhirnya kuambil keputusan untuk nanjak (naik motor) ke Dieng. Murah meriah kabarnya. Tidak muluk-muluk harus mendapatkan golden sunrise Sikunir, hanya berfoto dengan sekawanan teletubbies di kawasan candi Dieng sekiranya cukup. Okay, setelah deal-deal-an sama Fuad, diputuskan untuk berangkat selepas subuh di hari Minggu. 

Yah, apalah kuasa manusia ketika ternyata Fuad bangun kesiangan, diketok pintu kosnya tidak ada yang membukakan, dan telepon, sms, whatsapp-pun tiada guna. Matahari sudah meninggi dan bayangan tentang Telaga Warna serta candi Arjuna memudar. Pukul 6.30 Fuad keluar,"Jadi?"

Speechless....

Setelah berjuang meredakan gejolak hati dan Fuad sudah mandi ala kadarnya, kuboncengkan dia. Mampir pasar krempyeng untuk membeli sate ayam 5000/bungkus, kami menuju "telaga warna". Gazebo embung UNNES menjadi tempat sarapan kami. Embung yang warna airnya hijau menjijikan kiranya cukup mewakili "indah"nya Telaga Warna  dan Telaga Pengilon. 





Next, untuk mengganti candi Dieng yang terdiri dari: candi Arjuna, Srikandi, Sembadra, Puntadewa, Semar, Gatotkaca, Setyaki, Nakula, Sadewa, Petruk, Gareng, Dwarawati, Abiyasa, Pandu, Margasari, Bima, aku putuskan untuk ke Candi Gedhong Songo yang konon kabarnya mirip Candi Dieng.

Tetap tanpa kata tanpa aba-aba aku membawa "kami" melewati jalur Bandungan untuk "nanjak" menyambangi candi-candi yang sebenarnya jumlahnya tinggal 5. Ini adalah kedua kalinya aku menginjakan kaki ke kompleks candi Gedhong Songo setelah kurang lebih 8 tahun silam. Terjadi banyak perubahan seperti sudah ada jalan setapak (yang banyak eek kudanya), kios penjual yang ditata apik, dan tentunya kuda yang semakin banyak dan bertarif mahal (90 ribu rupiah untuk keliling ke sembilan a.k.a kelima candi). Sejauh yang aku ingat, dahulu ada hamparan bunga ungu di antara puhon-puhon pinus yang bergerombol di sana. Kini gerombolan pohon pinus itu sudah dipagari Perhutani dan hamparan bunganya ditimpa oleh bangunan ala camp musim panas. Memutari kompleks candi sudah tidak sebegitu melelahkan dahulu jadi tak perlu menyewa kuda kalau memang tidak ingin naik kuda, sumber air panas belerang-pun sudah dialirkan ke kolam pemandian dengan paralon-paralon yang seliweran di beberapa tempat.

 Candi 1

Banyak anak pramuka yang menjadikan jalur ini untuk kegiatan mencari jejak.


(Akhirnya) Candi 5 (sekaligus 6-7-8-9)

Perjalanan mengitari kompleks candi selesai, saatnya makaaannn!!! Bermacam-macam buah di pasar Bandungan dan ikan bakar Jimbaran bisa jadi alternatif. Atau untuk penggemar sapi dan turunannya (daging, sosis, susu segar, milkshake, yougurt,  dan lain-lain) Cimory juaranya!

Baiklah, belum saatnya Tubby berjumpa... Takkan lari gunung dikejar... Dieng, suatu hari....