“Kenapa sih ya, sekarang ini
obrolanku sering banget tentang nikah? UUN. Ujung-ujungnya nikah. Apa kamu juga
iya?”
– Dwi, 25 tahun, Guru Matematika
Dan saya-pun akhirnya
meng-iya-kan pertanyaannya setelah “kena batu”nya sendiri. Saya yang sebelumnya sudah
cukup lama menjalani hubungan yang (katanya) serius namun akhirnya putus,
terjatuh pada lubang yang sama. Saya jatuh pada hubungan abu-abu yang TIDAK
BISA saya putihkan maupun saya hitamkan (dengan segera). Iya, saya tidak tegas,
pengecut dan bodoh setengah mati. Saya kembali bertaruh dengan waktu, bahkan
setelah saya merasakan sendiri betapa magisnya kekuatan waktu. Saya kembali
tertampar oleh teguran Tuhan bahwa DIALAH YANG MENENTUKAN!
Saya kembali teringat akan
tulisan alay seorang Adelina di masa
silam. Boleh dicek di
adelataulina.blogspot.in/2011/10/making-plans-and-targets.html. Kemudian,
(mungkin) atas jalan-Nya pula belum lama ini saya kembali mengaktifkan handphone butut saya yang lama. Ada note beralarm pada aplikasi kalender yang isinya:
Saya membayangkan jika seandainya
pesan tersebut tidak saya buka di hari itu, esok pada tanggal 1 November tepat
tengah malam akan ada alarm berbunyi yang mengingatkan saya tentang target
menikah yang saya buat entah sedari kapan. Jika anda tidak percaya ada orang yang bisa
menertawakan kebodohannya hingga terpingkal-pingkal lalu menangis
sejadi-jadinya segera setelah ia tertawa, mulai saat ini, percayalah. Saya
sudah melakukannya.
Lalu apa yang harus saya lakukan?
Tuhan,
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Oh, saya harus beriman, berbuat baik, mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.
NB: saya tidak akan selamanya
murung. Saya hanya sedang memulihkan perasaan dari perasaan tertolak dan gagal. Saya jelas tidak akan membiarkan diri
saya berantakan, apalagi di usia saya yang bisa dibilang "wagu" untuk bersedih secara lebay. Saya hanya butuh waktu. Katakanlah, saya sedang merasa patah
hati untuk kesekian kali. Dan kepadamu, juga siapapun, saya akan lebih
berhati-hati.
Backsound: Berhenti Berharap -- So7