Thursday, August 28, 2014

Pusing yang Bercerita

Belum pernah ada hari dimana aku tak mengingatmu. Sedari hal makan nasi hingga potong kuku, bahkan saat tawaku bukan lagi karenamu. Banyak hal yang aku rindu, entah itu kau sekedar mendengar atau beri nasehat tak bermutu. Banyak hal yang ingin aku ceritakan, cerita berulang yang biasa membuat kamu bosan. Seperti rusaknya (lagi) laptopku dan banyaknya (lagi) administrasi guru. Kau tahu, aku tak lagi semanja dulu. Lebih sedikit tidak merepotkan, atau mungkin memang hanya padamu aku bisa mengutarakan keluhan. Setidaknya aku mau tetap makan walaupun duduk sendirian. Akupun tetap rutin nonton walaupun hanya berteman popcorn.

Sekarang aku sadar, bahwa kau dulu begitu sabar. Aku lebih bergantung padamu daripada dirimu akanku. Mungkin karenanya lebih sulit bagiku untuk menahan tangis saat kenangan tajam mengiris. Hari ini aku kembali cengeng. Eh, mungkin hanya karena bensin tak lagi cukup dua kali goceng. Atau laptopku yang sekarang sudah jadi rombeng.


*maaf, mungkin ini yang disebut pusing tujuh keliling. Seharusnya saya sedang mengetik RPP bukan malah curhat lewat HP.


Bunga



Berbunga adalah fase terindah  dalam rangkaian anugerah. Di mana pesona yang sedang mekar dan angan-angan mulai terpapar. Bunga itu menyapa, bunga itu berbicara, dan bunga itu merasa. Bunga tidaklah kekal, namun dari sanalah cikal bakal semua berawal. Bunga itu hati. Dan hati yang mekar di tempat yang tepat, akan menemani 'till death do us part. Bunga, buah kemudian benih, walau perjuangannya tak jarang menggores perih. Dapatkah mencipta tunas, karena memang kehidupan terkadang keras. 

Kalian bilang cinta tidaklah boleh terlalu, agar tak mati tersiksa oleh masa lalu. Namun bukankah kita ini bunga? Memberikan semua, syukur diterima pasrah bila jatuh terluka. Ketika hati diharuskan mengabdi, maka harapan dianggap abadi. Karena pengabdian tanpa cinta yang tak berkesudahan adalah perbudakan tanpa belas kasihan.