Selalu terbesit dalam hati saya ketika
berhenti di persimpangan lampu merah, “akankah saya patuh ataukah kebiasaan
buruk membuat saya kalah.” Saya seorang guru, dan sayalah orang yang seharusnya
ditiru. Lalu saat tangan saya menggenggam sampah, akankah saya membuang pada
tempatnya atau cuek melemparnya tak tentu arah. Karena saya seorang guru, dan
sayalah orang yang tak pantas berbuat saru.
Saya sadar ternyata saya bukanlah
mengajar siswa, tetapi sayalah yang belajar dari mereka. Saya belajar tentang
perjuangan, tentang beragam indahnya “skenario” hidup garapan Tuhan. Suatu hari
seorang siswi membentak saya ketika saya memaksa dia menyebutkan nama kecil
ibunya. Masalah kecil, sekedar data peserta didik biasa, sebuah administrasi belaka.
Namun tidak baginya. Dia tak pernah tahu, dan tak ada yang mau memberi tahu
siapa sebetulnya sang ibu. Terlalu banyak sakit hati, terlalu banyak duri, yang
lebih baik disimpan tanpa peduli perihal jati diri.
Di lain hari, seorang siswi mengeluh
sakit pada pinggang sebelah kiri. Kami bicara pelan, kemudian terurai kisah
tragis yang memilukan. Tentang pekerjaannya mencari uang, dari para pendatang yang
masuk lewat pelabuhan. Para lelaki hidung belang, yang ingin sekedar mencari
hiburan di kala senggang.
Dan hari ini, saya tersentak kembali.
Penyebabnya adalah seorang siswa lelaki yang begitu sering aku marahi sebab rambutnya
panjang berponi. Berkali-kali dia selalu lari dan hanya meringis geli ketika
dia berhasil membuat saya berteriak emosi. Lalu tadi, kami duduk saling
berbagi. Dengan ancaman gunting di tangan kiri, dia berjanji akan memperbaiki
diri esok hari. Dengan buku catatan pelanggaran siswa di tangan kanan, aku
catat nama ayahnya untuk sasaran aduan. Namun katanya, ayahnya tak lagi ada.
Bukan karena pergi tertutup nisan tetapi memang tak ada yang tahu di mana si
ayah gerangan. Dia hanya tinggal bersama sang eyang karena ibunyapun sedang
merantau di negeri seberang.
Guru itu belajar. Belajar tentang
syukur dan sabar. Bukankah kunci hidup bahagia ada di keduanya? Dan guru itu
mengajar. Mengajar berdasarkan apa yang sudah dia dapat dari prosesnya belajar.
Bukankah hidup memang berputar begitu adanya?
-- Untuk Novian, pemilik cengiran tengil
a la Monkey D Luffy, maafkan ibu sudah begitu sering memarahimu. Tetapi kamu memang begitu menyebalkan. XD