Monday, November 24, 2014

Pilihan



Andy terpaksa melakukan semuanya. Dia terpaksa mengubah penampilannya. Dia terpaksa "mengkhianati" rekan kerjanya. Dia terpaksa memutuskan hubungan dengan pacarnya. Dia terpaksa "menomorsekiankan" hal-hal yang dia sayangi karena dia "harus" mengikuti Miranda. Benarkah demikian? Benarkah ia tak bisa melawan? Benarkah ia sama sekali tak punya pilihan? 

Oh, tentu saja ia bisa menentukan apa yang seharusnya diprioritaskan. Demikian pula denganku, begitu juga denganmu.

Friday, November 21, 2014

Seberapa Sayang?

Mengapa kita sering membiarkan orang yang kita sayang menunggu?

“Sebentar Nak, tangan ibu masih belepotan.” Jawab seorang ibu yang sedang sibuk di dapur ketika diminta anaknya mengucirkan rambut. Itu sebelum telepon berdering dan si ibu asyik bergossip dengan dharma wanita lain sambil tak sadar melumuri gagang telepon dengan bumbu kuning.

“Nanti ya, kalau ayah udah pulang kantor.” Jawab seorang ayah yang sedang sibuk memakai sepatunya bersiap pergi ke kantor ketika anaknya sedang meminta pendapat sang ayah tetang tugas menggambarnya di sekolah. Kemudian si ayah pulang larut malam dan sama sekali lupa.

“Sebentar Mah!" Jawab seorang suami yang sedang asyik memainkan PS4-nya ketika dimintai bantuan oleh istrinya untuk mengangkat jemuran. Kemudian hujan keburu datang dan membuat semua kembali basah.

“Sebentar, Pah!” Jawab seorang istri yang sedang asyik berdandan ketika diklakson suaminya yang sudah berada di atas motor yang sudah menyala sejak 30 menit yang lalu. Lalu si istri keluar rumah dengan penampilan biasa saja.

“Sebentar Bund!” Jawab seorang anak yang sedang sibuk membuka facebook, twitter, path, instagram, dan blog-nya ketika  ibundanya meminta bantuan untuk berbelanja di warung sebelah.


Lalu pertanyaanya adalah, “Seberapa sayangkah kita?”



Backsong : When you love someone --- Endah n Resha

Wednesday, November 19, 2014

Time Capsule


Hai, apa kabar? Jika kau membaca surat ini berarti kau masih hidup. Semoga hidupmu diberkahi Tuhan dengan kesehatan. Dulu kau sering mengeluh maag dan migraine sebab makan dan tidurmu kurang teratur. Mungkin saat ini kau sudah bisa menenangkan pikiran dan mengelola emosi dengan lebih baik. Katanya, waktu mengajarkan perubahan. Kuharap badanmu tak sekurus dulu. Aku selalu prihatin ketika memandang cermin melihat deretan tulang yang menonjol di pangkal leher dan dada. 
Oh ya, bahagiakah dirimu? Sibuk apa sekarang? Siapa suamimu? Berapa anakmu? Saat kutulis surat ini, hal-hal itulah yang memenuhi benakku. Kau pasti menganggapku bodoh setengah mati. Kau ingat, saat aku patah hati berulang kali dan  menangis menjadi-jadi? Kau pasti akan menasehatiku dengan bawel bahwa aku ini perempuan yang teramat rewel. Sebelum kau mengomeliku, kiranya aku akan mendahuluimu.

Serahkanlah segala sesuatu kepada Tuhan, jika usahamu tidak lagi bisa kau paksakan maka sudah saatnya kau memasrahkan. Kau bisa memulainya dengan membaca Al-Quran. Ingatkah kau dengan ayat sakti yang aku baca dengan tidak sengaja ketika sakit hati? fabiayyi alaa 'iraabikumaa tukadzdzibaann? Kau pasti lebih tahu tentang hal itu. Tentang syukur dan sabar. Kuharap kau bukan sosok emak-emak yang berpikiran repot dan merepotkan. Eh, kau bukan perawan tua yang judes, bawel, dan menyebalkan kan? Kalau iya, berubahlah. Kudoakan kau masuk surga dan punya suami tampan di sana. Oh iya, tentang hal itu. Kau ingat, sudah berapa kali dulu kau jatuh cinta? Secara pribadi aku meminta maaf yang sebesar-besarnya karena kelakuanku dulu memberimu lara yang tragis bahkan lebih banyak dari cinta bahagia.

Kau punya anak? Berapa? Cantik dan tampankah? Pasti mereka segalanya. Tentang anakmu, ada yang ingin aku pintakan: bekali mereka dengan ilmu agama yang baik, bebaskan mereka melakukan apa yang mereka suka sejauh mereka mampu menjadi yang terbaik dalam hal itu, dan jangan persulit mereka ketika mereka mulai menemukan belahan hatinya juga restui mereka selama ikatan mereka dalam kaidah norma yang baik. Aku tahu, kau mempunyai pemikiran sendiri, kaupun orang yang selalu merasa benar sendiri. Kau bisa menilai tetapi jangan sekali-kali memaksa tanpa alasan yang cukup bagus. Oh, kau pasti bisa membedakan alasan logis dan sangat pintar membuat serta berargumen tentangnya.


Sudah ya, kapan-kapan kita berbincang lagi. Aku selalu mendukung dan mendoakanmu. Kau tak pernah sendiri.

Tuesday, November 18, 2014

Guru Honorer



Dalam sebulan, kami bekerja (dengan dibayar) selama satu minggu, sisanya kerja bakti. Jadi perhitungannya seperti ini.
Misal:
Gaji pokok = Rp. 15.000,00 / jam
Dalam seminggu kami mengajar sebanyak 24 jam. (24 jam adalah standar guru profesional yang disertifikasi)
Berarti gaji yang kami dapat (hanya)        = 24 x Rp. 15.000,00
                                                                   = Rp. 360.000,00 / bulan

Beberapa di antara kami cukup banyak yang berani mengambil resiko keberlangsungan hidupnya (dan keluarganya) dari penghasilan yang demikian.


-- Maaf, teman-teman…… karena saya pernah meng-iya-kan anggapan orang bahwa pekerjaan tersebut hanya pengisi waktu luang, bukan sumber penghidupan.

Monday, November 17, 2014

Idul

Saya punya kucing. Sebenarnya ada tiga, namun saya ceritakan salah satunya saja. Idul, namanya. Kucing berwarna cokelat jingga yang (tadinya) gemuk. Idul senang sekali merebahkan tubuhnya di samping kaki kami berharap untuk dijadikan keset. 

Suatu hari, berbulan-bulan lalu Idul pulang ke rumah dengan muka bersimbah darah. Bola mata kirinya terluka. Ajaib, Idul bisa sembuh walau dengan mata kiri yang buta. Runtut cerita, Idul berkelahi dengan pejantan lain karena memperebutkan seekor betina. Iyalah, dia kalah. Tipe kucing rumah yang melawan tikuspun ia pasrah. 

Kemudian tiga malam lalu, Idul ditemukan tergeletak di tengah jalan. Diam tak bergerak, mendengking pelan. Di sebelahnya, masih betina yang sama, yang menjadi alasan dia buta, tergeletak dengan usus terburai tak bernyawa. Ayah yang malam itu sedang ronda, mengangkat Idul dan membawanya ke rumah. Semenjak itu Idul selalu diam, Tampaknya dia telah terpuruk terlalu dalam.


-- Manusia saja tak sebaik dirimu, kawan.