Wednesday, October 11, 2017

Diinan Umur Satu Setengah Tahun

Iyeeiiy..kita udah pindah Tangerang.. Alkhamdulillah.. banyak yang perlu disyukuri.

Diinan masih belum bisa ngomong jelas 😅. Tapi udah bisa bilang "tah" antara truk sama minta minum teh sama nadanya. Juju, kalo minta susu botol. Terus ada reta dari kereta. Ya, masih sebatas itu. Soal pola makan Diinan udah lumayan. Walaupun tidak bisa dibilang banyak juga, tapi setidaknya ada yang masuk dalam bentuk nasi. (harus nasi ya, Mak? 😂). Yang menggembirakan, Diinan sudah terbiasa makan sambil duduk. Saya kurang sreg nyuapin anak sambil jalan-jalan. Padahal karena gak mau repot aja sih. He,, Karena sekarang udah misah dari orangtua, jadi udah gak ada yang nyuruh nyuapin sambil ngegendong. (Eh, tapi masa ada anak depan kontrakan kalo makan harus sambil berendam di ember). Sumpah, itu aturan makan paling aneh yang pernah aku temui.

Akhir-akhir ini bergaul dengan beberapa orang (baru) ternyata membuka wawasan dan kemandirian juga keberanian tentunya. Saya baru sadar kalau saya sudah dianggap "dewasa". Sudah ibu-ibu. Yang diikutkan masalah RT, RW dan lain-lain 😅. Telat banget yak!

Bagaimanapun juga, semoga keluarga kita diberkahi Alloh ya, Nan.. aamiin.

Thursday, September 14, 2017

Diinan Umur Tujuh Belas Bulan

Sedang luar biasa melelahkan rasanya mengejar-ngejar Diinan lari-lari. Verbalnya yang belum begitu berkembang juga menambah emosi. Aku terkadang gak ngerti maksud dia minta apa. Jadinya Diinan teriak-teriak dan aku banyakin tarik nafas dalam-dalam.

Kami juga belum pindahan. Masih di Maos aja, padahal rencana bulan lalu mau update Diinan umur 16 bulan udah di tempat baru 😞

Sekarang Diinan sudah bisa ditinggal tanpa ibunya beberapa jam. Tapi kadang tiba-tiba mewek terus manyun kalo keinget ibunya lagi pergi. 😂

Sehat-sehat ya, Nak... Maem nasi dong.. udah seminggu nih, nasi jarang masuk. Nelen nasi kan enak..seenggaknya biar ibu gak stress nelen omongan orang. 😅😅 Sayang Diinan selalu 😘😘😘

Thursday, July 13, 2017

Diinan Umur Lima Belas Bulan

Akhir-akhir ini sepertinya saya jadi lebih sensitif. Banyak hal yang saya pikirin. Termasuk perkataan orang-orang. Atau mungkin karena akhir-akhir ini banyak orang yang menyinggung prinsip saya. Seperti pola asuh anak, yah..cuma perkara cara makan sih. Menurutku, makan minum itu ya sambil duduk. Apa salahnya melatih anak untuk duduk ketika makan dan minum? Atau cuma perkara ucapan. Kenapa harus berbohong di sana tikus cuma karena nggak ngebolehin anak mainan sepeda? Atau perkara kemandirian. Kenapa harus selalu nuntun anak yang sudah bisa jalan? Selama tidak berpotensi cedera parah, kenapa gak dibiarkan saja? Oke, saya bisa lalai. Tapi bukan berarti over protektif.

Lagi soal keuangan. Saya bukan orang yang suka menghambur-hamburkan uang. Saya bukan orang yang punya selera fashion mahal. Tapi memang tidak terlalu "ngeman" sama uang. Ada penjual sayur datang ke rumah. Ibu-ibu ngerubung. "Alaah, wong barang elek kayak kiye koh regane semeno? Nang nggone kae be mung semene" (Alaah, barang jelek kayak gini kok harganya segitu? Di tempat si anu aja cuma segini). Nawar 1000 r-u-p-i-a-h. Saya oke aja dengan nawar. Tapi kenapa harus menghina "jelek"? Kalo situ tahu barang jelek, ngapain beli? Orang penjualnya udah dateng nyamperin. Kalo kita beli di tempat lain kan kita harus "lebih repot". Juga apa iya uang seribu lantas bikin kita jadi melarat? atau langsung bikin penjualnya jadi kaya? Lalu soal ngontrak rumah yang kata suami harganya puluhan juta di Tangerang. Dia bilang "eman-eman". Well, saya bilang "tidak". "Iyalah, orang aku yang kerja." katanya. Oke, saya bertekad untuk ganti suami, eh kerja maksudnya. Suatu saat. Karena bagi saya, uang puluhan juta itu untuk membayar kebersamaan keluarga, menikmati perkembangan anak dalam masa golden age, uang segitu itu gak ada apa-apanya. Tapi suami berpendapat lain. Yasudah.

Lalu suami cerita, "istrinya temenku juga orangnya kayak kamu. Gak mau kredit rumah. Gak mau riba." Ada yang salah dengan kata-kata itu? Tidak? Bagiku terdengar aneh. Iya, sepertinya saya yang kelewat sensitif. Coba bandingkan, "istrinya temenku juga orangnya kayak nabi Muhammad dan orang-orang yang gak mau dilaknat Alloh karena riba. Gak mau kredit rumah. Gak mau riba." Iya sih, kepanjangan. Tapi seolah-olah aku sok suci dan semuanya penuh dosa. 😂

Eh, ini malam jumat kliwon. Wetonnya Diinan. Kalo kata kakak ipar, waktunya Diinan dicekokin. Iya, iyaaa..syirik. Tauuk! Kalo kata penganut sunnah yang entu, waktunya hubungan suami istri. Iya..iyaa..gak ada sunnah begituan malem jumat. Besok juga tepat 15 bulan usia Diinan. Postingan ini sekalian jadi remindernya ya? Aku ubah judulnya deh! Juga tepat H+19 lebaran. Suami masih belum pulang. Ngapain? Nyari uang dooongg..untuk orang yang gak mau KPR kayak gueee.. 😉 Jadi TKI sampe H+19 belum mudik? Au ah, lap! Lusa, juga doi ulang tahun. Mumpung inget. Ngucapin sekarang. Selamat ulang tahun (ah, belum tentu doi baca). Semoga tetap sabar menghadapi istri macam saya dan juga tetap dalam batas kesabaran saya. Wah, penutupnya panjang ya? Biarin! 😝 Diinaaaaannnn...sehat terus ya. Nggak gendut gak papa kok! Kemarin nimbang 8,6. Gak papa, alkhamdulillah. Kita pasti bisa melawan dunia yang keras inih! Semangaaattt!! 😍😘

Wednesday, July 12, 2017

Keluarga

Baru aku sadari kemungkinan akar masalah keluargaku. Kami ini prematur. Suamiku dulu belum siap berkeluarga. Mungkin dulu dia merasa "terpaksa". Saat kami baru menikah, kami tinggal di tempat yang seharusnya hanya dihuni 1 orang, dan kini sampai anak kami hampir berusia 15 bulan kami menempati hunian yang seharusnya untuk 2 orang. Bagiku bukan soal huniannya, tapi sepertinya itu masalah baginya.

Dari awal, ternyata kami beda prinsip. Suamiku sangat mengutamakan materi. Menikah butuh dana sekian-sekian-sekian. Seserahan dan mas kawin bagiku hanya nominal yang toh sewaktu-waktu bisa kami gunakan bersama. Tidak baginya.

Oleh orangtuaku, uang seserahan diberikan padaku untuk biaya hidup merantau di awal menikah. Tadinya orangtuaku menyarankan mengontrak daripada tinggal di kos-kosan. Tapi suamiku berpendapat lain. Sayang kalo ngontrak, katanya. Membuka tabungan haji akhirnya jadi pilihan. Semoga ini menjadi lebih berkah. Lalu saat ingin kujual semua perhiasan-perhiasan yang seharusnya sudah jadi milikku, juga tak dibolehkan. Padahal bukan haknya melarang. Tapi aku tak mau ribut. Biarlah benda-benda itu entah apa gunanya.

Kini kami hidup (masih) terpisah. Suamiku mungkin romantis tapi ternyata bukan tipe family man yang mengutamakan keutuhan keluarga.  Lagi-lagi materi. Semoga ada perubahan.

Diinan, maafkan ibu. Ibu gak tau harus bagaimana. Bisa saja pemikiran ibu ini yang salah. Ah, entahlah.

#randomthought

Wednesday, June 14, 2017

Diinan Empat Belas Bulan

Diinan sudah sangat membuat lelah. Tidur cuma sekali kalo siang. Di luar itu, MAIN! Main yang menguras energi fisik, psikis dan juga deterjen.

Iya..iyaa...bakal lebih melelahkan lagi nantinya. Iyaaa...baru anak satu. Iyaaa... ah, sudah sajalah ceritanya.

Friday, May 5, 2017

Diinan Umur Satu Tahun

Jiaahhh...telat amaattt. Habis ini kayaknya bakal nulisnya setahun sekali nih? 😂 Ini juga inget karena baca-baca hari ini adalah ulang tahun Luffy dan hari anak nasional. Oke, lanjut ke catatan bulanan. Diinan udah bisa apa aja yaa.. Kurang lebih masih sama kaya bulan lalu lah..makanya bingung nih, mau nulis apa. 😅

Bisa berdiri sendiri. Melangkah 1-2 langkah. Tambah tengil pastinya. Udah bisa melewati rintangan ember. Beratnya baru 8 kilo. Diinan juga belum bisa ngomong jelas satu katapun. Ini yang bikin puyeng. Ayahnya jarang ngajakin ngobrol dan saya terlalu sibuk dengan masak memasak dan cucian. #sedih

Ahh...udah setahun ya.. Time flies. Bagaimanapun, saya percaya sama Diinan. I love him full package. I know he tries to be better so hard. Kiss 😘

Tuesday, March 14, 2017

Diinan Umur Sepuluh dan Sebelas Bulan

Jiahhh...dirapel. Lama-lama nggak tiap bulan, tapi tahunan ini bakalannya. Dua bulan ini sibuuukkk... Diinan diboyong ke Tangerang. Kalau ada yang mikir makin gedhe bayi makin gampang diurus, itu salah sodara-sodara. Saya kerja, ngurus rumah, ngurus Diinan dan ayahnya. Hampir opname. Oke, setel kendho.

Diinan udah bisa apa ya? Emmm...tambah cerewet, gak begitu pemalu, aktif, makannya lumayan masuk banyak. Kurang? Oh, saya bukan tipe emak mompetition. Apa itu? Yang jelas, mau anak orang udah bisa jalan, naik odong-odong, makan kerikil, fotokopi KTP, terserah lah.. Diinan ya, Diinan. Apa adanya. Dan seperti kata boboboi, ter-baaik.

Nikmati, perbaiki, doakan. Sholeh ya, nak.. Sehat selalu. Kita bisa bahagia 😘😘😘

Tuesday, January 17, 2017

Diinan Umur Sembilan Bulan

Udah lebih dari dua minggu ini Diinan sakit batuk pilek dan sayapun ikut ketularan. Diinan mengalami kemunduran.  Sudah, saya akui saja. Kemajuan perkembangan Diinan semuanya tertutupi oleh kemundurannya. Kata-kata anak kurus, gak punya tenaga untuk berdiri, kapan bisa jalan kalo kayak gini, payah, ibunya gak becus. Iya, iya itu semua saya akui juga.

Harapan saya, sehat selalu tentunya. Santun dan tetap kokoh jiwanya. Apapun omongan orang, jika ada yang menyanjung jangan mudah hilang akal, jika ada yang menjatuhkan jangan mudah hilang sabar.

Maafkan ibumu, jika masih belum becus mengasuhmu.