Wednesday, December 31, 2014

Aku Hanya Manusia

Aku, kau dan dia, kita berbagi peran,
mengocok dadu lalu mengambil bagian
Kita bisa bergaya apa dengan cara bagaimana
Hanya kita tak bisa menentukan alur cerita

Ini tentang waktu di mana
kau terlampau dini untuk hadir
karena waktumu sudah ditentukan di akhir
Lalu kau  seperti memaksa berbalik aliran air
yang terlampau sulit penuh pahit dan getir

Ini tentang waktu bilamana
dia terlalu lambat untuk berperan
karena waktunya seharusnya di depan
Lalu dia seperti mendobrak pintu bendungan
yang terlalu keras susah untuk diruntuhkan

Kemudian aku terjepit dan berdarah
Di antara saling silang alur cerita yang tak tentu arah
Aku bisa saja berlaku marah bukannya pasrah
Namun ketahuilah akupun manusia lemah


Backsong : Human, Christina Perri 

Saturday, December 13, 2014

Sepotong Lasagna dari Tempat yang Jauh



Hubungan jarak jauh bagaimanapun itu ADA dan banyak orang yang menjalaninya. Beragam orang memandang hubungan tersebut dengan cara yang berbeda. Dari anggapan romantis tentang “Selalu berteduh di bawah abadinya rindu” hingga pemikiran “Seperti berpacaran dengan hantu”

Namun satu hal yang saya yakini dengan pasti (setidaknya hingga tulisan ini dibuat) bahwa tidak ada orang waras satupun di semesta raya ini yang menginginkan hubungan jarak jauh. Rindu itu bagai sembilu, yang mengiris pilu pembuat sendu.

Saya ingin menganalogikannya begini:
Saya mempunyai hubungan yang sulit dijelaskan dengan sebuah makanan bernama lasagna. Sangat disayangkan di kota tempat saya tinggal saat ini tidak kunjung dibuka kedai makanan magis ini. Saya merindukannya dan berbagai cara saya berusaha untuk mendapatkannya. Melihat videonya di youtube, memasang gambarnya sebagai wallpaper handphone saya, membayangkan dan memimpikannya, Lalu apa? Hal yang saya lakukan tersebut sama sekali tidak mengobati kerinduan saya, justru memperparah. Tentu akan sangat berbeda ceritanya jika saat ini ia terhidang di depan saya lengkap dengan segelas jus semangka.

Begitulah, sepasang kekasih bisa saja saling menyapa melalui suara, pesan pendek hingga video call, tetapi rasanya akan sangat jauh berbeda jika mereka dapat bersama. Apapun sebutannya, entah berdua atau bersatu, sepasang kekasih yang berada di ruang dan waktu yang sama, itulah yang disebut bahagia bersama.

Tuesday, December 9, 2014

Jenuh

Saya jenuh dengan kata "tunggu" yang bergaung sendiri
Saya jenuh dengan janji yang tak kunjung tertepati
Saya jenuh dengan kesabaran yang tak bisa abadi
Saya jenuh dengan ego yang maunya menang sendiri
Saya jenuh dengan dosa yang tak layak diampuni
Saya jenuh dengan kita yang masih saja begini

Monday, November 24, 2014

Pilihan



Andy terpaksa melakukan semuanya. Dia terpaksa mengubah penampilannya. Dia terpaksa "mengkhianati" rekan kerjanya. Dia terpaksa memutuskan hubungan dengan pacarnya. Dia terpaksa "menomorsekiankan" hal-hal yang dia sayangi karena dia "harus" mengikuti Miranda. Benarkah demikian? Benarkah ia tak bisa melawan? Benarkah ia sama sekali tak punya pilihan? 

Oh, tentu saja ia bisa menentukan apa yang seharusnya diprioritaskan. Demikian pula denganku, begitu juga denganmu.

Friday, November 21, 2014

Seberapa Sayang?

Mengapa kita sering membiarkan orang yang kita sayang menunggu?

“Sebentar Nak, tangan ibu masih belepotan.” Jawab seorang ibu yang sedang sibuk di dapur ketika diminta anaknya mengucirkan rambut. Itu sebelum telepon berdering dan si ibu asyik bergossip dengan dharma wanita lain sambil tak sadar melumuri gagang telepon dengan bumbu kuning.

“Nanti ya, kalau ayah udah pulang kantor.” Jawab seorang ayah yang sedang sibuk memakai sepatunya bersiap pergi ke kantor ketika anaknya sedang meminta pendapat sang ayah tetang tugas menggambarnya di sekolah. Kemudian si ayah pulang larut malam dan sama sekali lupa.

“Sebentar Mah!" Jawab seorang suami yang sedang asyik memainkan PS4-nya ketika dimintai bantuan oleh istrinya untuk mengangkat jemuran. Kemudian hujan keburu datang dan membuat semua kembali basah.

“Sebentar, Pah!” Jawab seorang istri yang sedang asyik berdandan ketika diklakson suaminya yang sudah berada di atas motor yang sudah menyala sejak 30 menit yang lalu. Lalu si istri keluar rumah dengan penampilan biasa saja.

“Sebentar Bund!” Jawab seorang anak yang sedang sibuk membuka facebook, twitter, path, instagram, dan blog-nya ketika  ibundanya meminta bantuan untuk berbelanja di warung sebelah.


Lalu pertanyaanya adalah, “Seberapa sayangkah kita?”



Backsong : When you love someone --- Endah n Resha

Wednesday, November 19, 2014

Time Capsule


Hai, apa kabar? Jika kau membaca surat ini berarti kau masih hidup. Semoga hidupmu diberkahi Tuhan dengan kesehatan. Dulu kau sering mengeluh maag dan migraine sebab makan dan tidurmu kurang teratur. Mungkin saat ini kau sudah bisa menenangkan pikiran dan mengelola emosi dengan lebih baik. Katanya, waktu mengajarkan perubahan. Kuharap badanmu tak sekurus dulu. Aku selalu prihatin ketika memandang cermin melihat deretan tulang yang menonjol di pangkal leher dan dada. 
Oh ya, bahagiakah dirimu? Sibuk apa sekarang? Siapa suamimu? Berapa anakmu? Saat kutulis surat ini, hal-hal itulah yang memenuhi benakku. Kau pasti menganggapku bodoh setengah mati. Kau ingat, saat aku patah hati berulang kali dan  menangis menjadi-jadi? Kau pasti akan menasehatiku dengan bawel bahwa aku ini perempuan yang teramat rewel. Sebelum kau mengomeliku, kiranya aku akan mendahuluimu.

Serahkanlah segala sesuatu kepada Tuhan, jika usahamu tidak lagi bisa kau paksakan maka sudah saatnya kau memasrahkan. Kau bisa memulainya dengan membaca Al-Quran. Ingatkah kau dengan ayat sakti yang aku baca dengan tidak sengaja ketika sakit hati? fabiayyi alaa 'iraabikumaa tukadzdzibaann? Kau pasti lebih tahu tentang hal itu. Tentang syukur dan sabar. Kuharap kau bukan sosok emak-emak yang berpikiran repot dan merepotkan. Eh, kau bukan perawan tua yang judes, bawel, dan menyebalkan kan? Kalau iya, berubahlah. Kudoakan kau masuk surga dan punya suami tampan di sana. Oh iya, tentang hal itu. Kau ingat, sudah berapa kali dulu kau jatuh cinta? Secara pribadi aku meminta maaf yang sebesar-besarnya karena kelakuanku dulu memberimu lara yang tragis bahkan lebih banyak dari cinta bahagia.

Kau punya anak? Berapa? Cantik dan tampankah? Pasti mereka segalanya. Tentang anakmu, ada yang ingin aku pintakan: bekali mereka dengan ilmu agama yang baik, bebaskan mereka melakukan apa yang mereka suka sejauh mereka mampu menjadi yang terbaik dalam hal itu, dan jangan persulit mereka ketika mereka mulai menemukan belahan hatinya juga restui mereka selama ikatan mereka dalam kaidah norma yang baik. Aku tahu, kau mempunyai pemikiran sendiri, kaupun orang yang selalu merasa benar sendiri. Kau bisa menilai tetapi jangan sekali-kali memaksa tanpa alasan yang cukup bagus. Oh, kau pasti bisa membedakan alasan logis dan sangat pintar membuat serta berargumen tentangnya.


Sudah ya, kapan-kapan kita berbincang lagi. Aku selalu mendukung dan mendoakanmu. Kau tak pernah sendiri.

Tuesday, November 18, 2014

Guru Honorer



Dalam sebulan, kami bekerja (dengan dibayar) selama satu minggu, sisanya kerja bakti. Jadi perhitungannya seperti ini.
Misal:
Gaji pokok = Rp. 15.000,00 / jam
Dalam seminggu kami mengajar sebanyak 24 jam. (24 jam adalah standar guru profesional yang disertifikasi)
Berarti gaji yang kami dapat (hanya)        = 24 x Rp. 15.000,00
                                                                   = Rp. 360.000,00 / bulan

Beberapa di antara kami cukup banyak yang berani mengambil resiko keberlangsungan hidupnya (dan keluarganya) dari penghasilan yang demikian.


-- Maaf, teman-teman…… karena saya pernah meng-iya-kan anggapan orang bahwa pekerjaan tersebut hanya pengisi waktu luang, bukan sumber penghidupan.

Monday, November 17, 2014

Idul

Saya punya kucing. Sebenarnya ada tiga, namun saya ceritakan salah satunya saja. Idul, namanya. Kucing berwarna cokelat jingga yang (tadinya) gemuk. Idul senang sekali merebahkan tubuhnya di samping kaki kami berharap untuk dijadikan keset. 

Suatu hari, berbulan-bulan lalu Idul pulang ke rumah dengan muka bersimbah darah. Bola mata kirinya terluka. Ajaib, Idul bisa sembuh walau dengan mata kiri yang buta. Runtut cerita, Idul berkelahi dengan pejantan lain karena memperebutkan seekor betina. Iyalah, dia kalah. Tipe kucing rumah yang melawan tikuspun ia pasrah. 

Kemudian tiga malam lalu, Idul ditemukan tergeletak di tengah jalan. Diam tak bergerak, mendengking pelan. Di sebelahnya, masih betina yang sama, yang menjadi alasan dia buta, tergeletak dengan usus terburai tak bernyawa. Ayah yang malam itu sedang ronda, mengangkat Idul dan membawanya ke rumah. Semenjak itu Idul selalu diam, Tampaknya dia telah terpuruk terlalu dalam.


-- Manusia saja tak sebaik dirimu, kawan.


Thursday, October 30, 2014

UUN = Ujung-Ujungnya Nikah

“Kenapa sih ya, sekarang ini obrolanku sering banget tentang nikah? UUN. Ujung-ujungnya nikah. Apa kamu juga iya?”
 – Dwi, 25 tahun, Guru Matematika

Dan saya-pun akhirnya meng-iya-kan pertanyaannya setelah “kena batu”nya sendiri. Saya yang sebelumnya sudah cukup lama menjalani hubungan yang (katanya) serius namun akhirnya putus, terjatuh pada lubang yang sama. Saya jatuh pada hubungan abu-abu yang TIDAK BISA saya putihkan maupun saya hitamkan (dengan segera). Iya, saya tidak tegas, pengecut dan bodoh setengah mati. Saya kembali bertaruh dengan waktu, bahkan setelah saya merasakan sendiri betapa magisnya kekuatan waktu. Saya kembali tertampar oleh teguran Tuhan bahwa DIALAH YANG MENENTUKAN! 

Saya kembali teringat akan tulisan alay seorang Adelina di masa silam. Boleh dicek di adelataulina.blogspot.in/2011/10/making-plans-and-targets.html. Kemudian, (mungkin) atas jalan-Nya pula belum lama ini saya kembali mengaktifkan handphone butut saya yang lama. Ada note  beralarm pada aplikasi kalender yang isinya:




Saya membayangkan jika seandainya pesan tersebut tidak saya buka di hari itu, esok pada tanggal 1 November tepat tengah malam akan ada alarm berbunyi yang mengingatkan saya tentang target menikah yang saya buat entah sedari kapan. Jika anda tidak percaya ada orang yang bisa menertawakan kebodohannya hingga terpingkal-pingkal lalu menangis sejadi-jadinya segera setelah ia tertawa, mulai saat ini, percayalah. Saya sudah melakukannya.

Lalu apa yang harus saya lakukan?

Tuhan,
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Oh, saya harus beriman, berbuat baik, mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.


NB: saya tidak akan selamanya murung. Saya hanya sedang memulihkan perasaan dari perasaan tertolak dan gagal. Saya jelas tidak akan membiarkan diri saya berantakan, apalagi di usia saya yang bisa dibilang "wagu" untuk bersedih secara lebay. Saya hanya butuh waktu. Katakanlah, saya sedang merasa patah hati untuk kesekian kali. Dan kepadamu, juga siapapun, saya akan lebih berhati-hati.

Backsound: Berhenti Berharap -- So7

Saturday, September 6, 2014

Seorang Guru


 

Selalu terbesit dalam hati saya ketika berhenti di persimpangan lampu merah, “akankah saya patuh ataukah kebiasaan buruk membuat saya kalah.” Saya seorang guru, dan sayalah orang yang seharusnya ditiru. Lalu saat tangan saya menggenggam sampah, akankah saya membuang pada tempatnya atau cuek melemparnya tak tentu arah. Karena saya seorang guru, dan sayalah orang yang tak pantas berbuat saru.

Saya sadar ternyata saya bukanlah mengajar siswa, tetapi sayalah yang belajar dari mereka. Saya belajar tentang perjuangan, tentang beragam indahnya “skenario” hidup garapan Tuhan. Suatu hari seorang siswi membentak saya ketika saya memaksa dia menyebutkan nama kecil ibunya. Masalah kecil, sekedar data peserta didik biasa, sebuah administrasi belaka. Namun tidak baginya. Dia tak pernah tahu, dan tak ada yang mau memberi tahu siapa sebetulnya sang ibu. Terlalu banyak sakit hati, terlalu banyak duri, yang lebih baik disimpan tanpa peduli perihal jati diri.

Di lain hari, seorang siswi mengeluh sakit pada pinggang sebelah kiri. Kami bicara pelan, kemudian terurai kisah tragis yang memilukan. Tentang pekerjaannya mencari uang, dari para pendatang yang masuk lewat pelabuhan. Para lelaki hidung belang, yang ingin sekedar mencari hiburan di kala senggang.  

Dan hari ini, saya tersentak kembali. Penyebabnya adalah seorang siswa lelaki yang begitu sering aku marahi sebab rambutnya panjang berponi. Berkali-kali dia selalu lari dan hanya meringis geli ketika dia berhasil membuat saya berteriak emosi. Lalu tadi, kami duduk saling berbagi. Dengan ancaman gunting di tangan kiri, dia berjanji akan memperbaiki diri esok hari. Dengan buku catatan pelanggaran siswa di tangan kanan, aku catat nama ayahnya untuk sasaran aduan. Namun katanya, ayahnya tak lagi ada. Bukan karena pergi tertutup nisan tetapi memang tak ada yang tahu di mana si ayah gerangan. Dia hanya tinggal bersama sang eyang karena ibunyapun sedang merantau di negeri seberang.

Guru itu belajar. Belajar tentang syukur dan sabar. Bukankah kunci hidup bahagia ada di keduanya? Dan guru itu mengajar. Mengajar berdasarkan apa yang sudah dia dapat dari prosesnya belajar. Bukankah hidup memang berputar begitu adanya?



-- Untuk Novian, pemilik cengiran tengil a la Monkey D Luffy, maafkan ibu sudah begitu sering memarahimu. Tetapi kamu memang begitu menyebalkan. XD

Thursday, August 28, 2014

Pusing yang Bercerita

Belum pernah ada hari dimana aku tak mengingatmu. Sedari hal makan nasi hingga potong kuku, bahkan saat tawaku bukan lagi karenamu. Banyak hal yang aku rindu, entah itu kau sekedar mendengar atau beri nasehat tak bermutu. Banyak hal yang ingin aku ceritakan, cerita berulang yang biasa membuat kamu bosan. Seperti rusaknya (lagi) laptopku dan banyaknya (lagi) administrasi guru. Kau tahu, aku tak lagi semanja dulu. Lebih sedikit tidak merepotkan, atau mungkin memang hanya padamu aku bisa mengutarakan keluhan. Setidaknya aku mau tetap makan walaupun duduk sendirian. Akupun tetap rutin nonton walaupun hanya berteman popcorn.

Sekarang aku sadar, bahwa kau dulu begitu sabar. Aku lebih bergantung padamu daripada dirimu akanku. Mungkin karenanya lebih sulit bagiku untuk menahan tangis saat kenangan tajam mengiris. Hari ini aku kembali cengeng. Eh, mungkin hanya karena bensin tak lagi cukup dua kali goceng. Atau laptopku yang sekarang sudah jadi rombeng.


*maaf, mungkin ini yang disebut pusing tujuh keliling. Seharusnya saya sedang mengetik RPP bukan malah curhat lewat HP.


Bunga



Berbunga adalah fase terindah  dalam rangkaian anugerah. Di mana pesona yang sedang mekar dan angan-angan mulai terpapar. Bunga itu menyapa, bunga itu berbicara, dan bunga itu merasa. Bunga tidaklah kekal, namun dari sanalah cikal bakal semua berawal. Bunga itu hati. Dan hati yang mekar di tempat yang tepat, akan menemani 'till death do us part. Bunga, buah kemudian benih, walau perjuangannya tak jarang menggores perih. Dapatkah mencipta tunas, karena memang kehidupan terkadang keras. 

Kalian bilang cinta tidaklah boleh terlalu, agar tak mati tersiksa oleh masa lalu. Namun bukankah kita ini bunga? Memberikan semua, syukur diterima pasrah bila jatuh terluka. Ketika hati diharuskan mengabdi, maka harapan dianggap abadi. Karena pengabdian tanpa cinta yang tak berkesudahan adalah perbudakan tanpa belas kasihan. 


Thursday, July 24, 2014

Tuan Pelangi


Kupunya bekas luka yang nyerinya masih terasa.  Nyeri yang mengeja sejarah, hingga lupa itu tak punya celah. Seribu alasan ada untuk meninggalkan, namun masih saja ada satu sangkalan untukku bertahan. Darinya kumengenal canda tawa, bahagianya sebuah keluarga, dan indahnya mendewasa. Melalui matanya aku belajar terbuka. Melalui tawanya aku tahu apa itu jenaka. Melalui genggaman tangannya aku merasakan nyamannya bersama. Darinya pula kumengerti bahwa tak semua mimpi bisa terjadi, elegi itu perlu kelapangan hati, dan sakit hati bukan hanya perih di sini tapi seluruh tubuh terasa nyeri. Pandanganku berubah. Imajinasiku goyah.  Hujan sekejap mampu membuatku meratap melesap dalam sembab dan tanpa sebab senyumku pun lenyap.

Dan kau kah itu, pelangi setelah hujan serta garis perak di tepian awan? Tuan pelangi, kau indah dengan warna yang mempesona mewah. Namun bukankah kau hanya bulir hujan yang dibias sinar secercah. Sekejap lalu lenyap. Aku tak mungkin lancang meminta keabadian, aku hanya butuh sebuah kepastian. Seperti mentari, tuan pelangi. Yang pasti datang menyapa pagi walau kadang mendung tak merestui. Seperti bulan, Tuan. Walau purnama tak selalu bisa bersama.

Hatiku tak lagi lunak, tidak pula luluh lantak. Ia mengeras seperti gelas. Pecahnya merajam, mungkin bisa menyakitimu tajam. Mustahil kembali utuh, yang ada hanya rapuh, melepuh tak dapat sembuh. Apa yang bisa kupercayakan selain tipisnya perasaan? Takkan bisa kuberkilah curang, walaupun kau jauh mundur ke belakang. Tuan, pernikahan memang bukan jaminan,  tapi itulah restu Tuhan. 

Friday, July 11, 2014

Akupun Sayang


Telah kunyatakan perasaan dalam setiap helaan, kuulang hingga terdengar usang. Berbagai cara aku hadirkan demi hatimu yang sekian lama kurindukan. Saat akhirnya bibir tipismu mengiyakan, bahkan air mata terlalu sederhana untuk mewakili kebahagiaan. Lalu semalam, hatiku remuk redam, kau buat tiada dalam tangismu olehnya. Pengorbananku tak seberharga kenanganmu tentangnya. Andai saja kau bahagia, maka sakitku tidaklah seberapa. Sialnya kutemukan kau dalam keadaan hampa, nyaris tak bernyawa. Kau, perempuan yang begitu lama kudamba, hanya bersisa gema masa lalumu dengannya. Sesekali memang wajahmu merona, berbayang ponimu yang sealis mata. Kaupun tertawa dan aku mulai percaya bahwa kau memberiku cinta. 

Gadisku, katakanlah pintamu. Jikapun kau memilihnya, tak peduli caranya kau harus berbahagia. Dan bila ternyata bersamaku adalah inginmu, aku tak ingin lagi ada sendu yang memilu. Sayangku, jawablah tanyaku. Haruskah tetap kugenggam tanganmu saat kau tolehkan wajahmu pada masa lalu?

Sayang, ini yang aku punya. Mungkin tidak terlalu banyak tawa, namun tak akan pernah kubiarkan ada lara. Mungkin tak terlalu banyak waktu, tapi kupastikan semua ini tidaklah palsu. Pilihlah, putuskanlah, berbahagialah. Percayalah, ini bukan pasrah. Satu hal tentangku terhadapmu: aku tak akan pernah menyerah. 

Thursday, July 10, 2014

Petang


Di mana kita? Petang berselimut pilu menyandang kenangan. Belumlah malam, siangpun bukan. Aku tak bisa berhenti di tempat dan waktu yang memang seharusnya aku berdiri. Seperti halnya mencintaimu, berhenti itu mati. Kau tahu apa yang begitu menyebalkan? Aku terus menunggumu dan kamu selalu bilang kelak kita akan. Kau tahu apa yang begitu jahat? Kau menyuruhku bahagia tanpa berani mengawal bahagiaku dari dekat. Lalu kau menggerutu, mengiba dan mengubahku menjadi sosok nenek sihir yang mengambil puteri terkasihmu.

Kau meninggalkanku di keadaan yang pernah terpikirkan olehku pun enggan. Sadarkah kau aku begitu ketakutan saat kau jatuhkan vonis perpisahan. Bagaimana rasanya tak buta namun tak lagi ada warna, bagaimana rasanya tak tuli tapi semua mendadak sunyi dan bagaimana bisa aku ada tapi tak merasa. Tak cukupkah setiaku hingga tak pantas menemani perjalanan hidupmu. Berlebihankah manjaku sampai kau menolak ada berjuang bersamaku. Entah apa itu janji suci mengapa begitu sulit untuk dipenuhi.

Hujan pun jatuh, tergesa-gesa tanpa gemuruh. Sekelebat jingga yang memudar membentuk bayanganmu samar.  Betapa setiap garis wajahmu yang begitu kukenal tak pernah membuatku merasa menyesal. Mungkin aku hanya bimbang, bisakah aku terus berpura-pura senang. Sepertimu, seperti tawamu. Haruskah aku melangkah pergi atau berbalik kembali.

Aku, sayang bagaikan petang. Belumlah malam, siangpun temaram. Ajari aku memanja pada cantiknya senja, berjuang layaknya terik siang atau biarkan aku pergi mendatang malam, mengulang pagi.

Thursday, July 3, 2014

Pintaku Saat Kita Jauh


Saat aku sedang ragu, yakinkanlah aku tentang setiamu
Saat aku sedang rindu, tataplah mataku dan nyatakan cintamu
Saat aku sedang marah, dengarkan omelanku dan beri aku waktu
Saat aku sedang sedih, ceritakan masa depan dan pancing tawaku
Saat aku sedang bosan, nyanyikanlah untukku sebuah lagu
Saat aku sedang letih, bimbinglah aku pada lelapku
Saat aku mulai menyerah, datanglah dan kuatkan aku


Juli

Hujan Bulan Juni
-- Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu


Andai aku rintik hujan, akulah hujan bulan Juli
Yang  tak tabah, bijak apalagi arif
Aku begitu tergesa-gesa, keras kepala dan egois
-- Adelina Eka Shafetsila

Saturday, June 7, 2014

Surat Balasan

Tulisan ini aku tulis di halaman kedua dari sebuah surat yang begitu lugu dan sedikit gombal juga disertai typo di sana-sini. Mungkin si penulis sudah tak sabar menyatakan benaknya atau dia sedang meringkuk di pojok kamar, terburu-buru agar tak terpergok teman satu kos. Jatuh cinta memang dapat menjadi sesuatu yang memalukan. Bagaimana hal seperti itu bisa membuat degup jantung tak beraturan, tangan gemetaran, dan tak ada sepatah katapun yang sanggup terucapkan.



Hai Cancerian yang mencinta, aku percaya padamu, pada cintamu, pada ketulusanmu. Kamupun segigih Scrat akan kacang kenarinya dan sesabar beruang besarnya Masha. Aku mengenalmu begitu lama, semenjak kita mengenakan baju serba putih kala dokter kecil dulu. Lalu kita tumbuh bersama dalam seragam putih biru dan disatukan di ruang putih abu-abu. Selama itu, apakah aku cukup mengenalmu? Kita memang sama-sama saling tahu tentang cinta monyet masing-masing. Begitu lugu, begitu lucu. Aku tahu seberapa tinggi nilai-nilaimu di kelas seni dan olahraga. Begitu ironi, mengingat akulah yang terburuk di kelas itu. Sungguh setengah mati aku iri padamu. Dan apakah kau mengenalku? Perempuan kaku, jutek, pendiam dengan ukuran pipi yang tidak proporsional? Baiklah, kamu tahu bagaimana mengeja nama belakangku dengan benar atau tahu mengenai rumor seberapa galak ayahku. Tapi bukankah hanya sebatas itu?

Hai tetanggaku, aku baru sadar bahwa ternyata kita begitu dekat. Sialnya, hubungan kita justru mendekat saat jarak kita demikian jauh. Hampir setiap hari kulewati depan rumahmu yang dipergola pohon pare. Hampir setiap pagi kulewati sekolah yang menjadi tempat pertama kali kita bertemu. Anehnya, sudah berapa lama aku tak melihatmu? Lima tahun? Bisa kau bayangkan itu? Waktu itu sedang masanya pak Prabowo akur dengan bu Mega. Kau lihat bagaimana waktu lima tahun cukup lama untuk bisa membalikkan keadaan. Iya, itu lama. Kudengar kini kau tak sekurus dulu. Syukurlah, kau lebih beruntung dariku.

Hai teman lamaku, bisakah kau---aku---kita sanggup mempertahankan rasa? Aku telah mencobanya beberapa kali dan sebanyak itu pula aku gagal. Cukupkah percayamu padaku untuk kau pertaruhkan dengan masa depan? Cukup beranikah kita menghadapi kekhawatiran kita sendiri yang tak semua orang sanggup melakukannya di usia kita? Bisakah “aku-kamu” membuat “kita” ini berhasil? Cukup teguhkan “kita” untuk tidak menyerah satu sama lain? Tidaklah bijaksana membuat janji di saat kita bahagia. Iya, aku bahagia bersamamu. Paling tidak, aku tertawa sebanyak dulu.

Mas, menyukaimu, menyayangimu, mencintaimu itu tidaklah sulit. Kamu begitu suka-able, sayang-able dan lovable. Biarkan jarak dan waktu yang memantaskan kita. Ada banyak pertanyaan yang butuh jawaban pembuktian. Bukankah selama ini kita sudah terlalu sering kecewa dengan janji tanpa bukti? Mari belajar mendewasa. Kau tahu rumahku, ayahku di rumah. Belnya masih di pojok kiri pintu gerbang. Akan kutunggu kau datang.

Saturday, May 31, 2014

Karena Kita Istimewa 2



Siapa bilang kita tak berani
takut itu bukan seperti ini
Kita justru menolak mati
walau terpisah seluas negri

Kita itu bukan lari
apalagi menyerah sembunyi
Kita hanya menunggu hari
di waktu yang tepat pasti

Kita ini sedang bersiap
agar kelak melangkah tegap
tak peduli kata orang berucap
Perlukah kita banyak cakap?

Kalian tanya pengorbanan?
Kita bahkan tak bergandeng tangan
lama pula tak berpandangan
Apa itu bukan perjuangan?

Namun ini cara kita berkisah
tak pantas bila kita berdua menyerah
Takdir itu tak lalu menjadikan pasrah
bukan pula pelampiasan amarah

Kita kan terus mencinta
dari pagi hingga datang senja
lalu sampai hari berikutnya
Karena kita percaya,
- - kita begitu istimewa

A.S


Backsound: Asmara Nusantara (Budi Doremi)

Friday, May 30, 2014

Karena Kita Istimewa


Seharusnya cinta kita sederhana
semudah Zaini dan Nurmala
yang menikah setelah lulus SMA
dan kini telah beranak dua

Lihatlah mereka bahagia
memancarkan canda dan tawa
dari rumah tua peninggalan ayahnya
yang bahkan tak punya jendela

Seandainya mereka adalah kita
cukuplah sawah sepetak di desa,
perahu kecil pencari tuna
dan sekawanan sapi di sabana

Itulah hidup seadanya
tak perlu rekening bank di kota
cukup warung kecil tempat bertukar benda
dan mainan anak ala kadarnya

Sekolah itu untuk apa?
hanya sebuah taman bermain saja
cukuplah ilmu berumah tangga
yang penting hidup dan bergembira

Tak perlulah itu sosial media
ataupun gadget harga berjuta-juta
romantis itu sepiring berdua
saling menyuap tersenyum mesra

Tapi kau bilang, kita itu berbeda
Kita punya segudang cita-cita
Hidup tak bisa hanya begitu saja
Kita butuh menjadi istimewa


A.S


Thursday, May 29, 2014

Peluit


Peluit itu ia berikan, sebelum aku pergi perlahan
Peluit yang padanya aku percayakan rasa takut, rindu dan angan
Selalu kutiup bilamana air mata mulai menggenang,
rasa takutku seketika datang, dan
kakiku mendadak goyang.
Rindu, ah iya, selalu tentang rindu
Kunikmati rindu layaknya hari yang mula dingin lalu menghangat
dan kemudian ranum jingga di ujung barat
Rindu yang terkadang membuat kami lepas tetawa,
Namun tak jarang pula membuat pilu bagai hilang nyawa
Kami melewatinya dengan cukup baik,
walaupun ada bekas luka yang tak cukup resik

Di suatu sore yang mulai remang,
akupun kembali pulang
Dari rumah seberang, kulihat kau berlari datang
memastikan diri kau tak salah orang
Kau melihatnya, peluitku yang memantulkan cahaya
Ini milikku, katamu
Bukan.
Ada namaku.
Lalu aku tahu, di mana dunia baruku


A.S

Thursday, May 22, 2014

Film dan Temannya

Ada seorang teman yang sangat baik dan punya bakat yang luar biasa. Salah satu bakatnya adalah membuat orang lain merasa nyaman dan senang. Satu dari berbagai hal yang menyenangkan darinya adalah stock film yang dia miliki sangat banyak dan sebagian besar dari film-film itu merupakan jenis film yang saya suka. Entah berapa perbandingan kapasitas film di tiga harddisc-nya dengan file-file yang lain. Terakhir kulihat, folder skripsinya bahkan hanya beberapa megabyte. Selain hobi kuliner, kami hobi nonton. Kami bahkan sudah membuat jadwal film yang wajib ditonton di bioskop sepanjang tahun semenjak tiga tahun yang lalu. Perbincangan kami banyak berputar di sekitar jadwal bioskop,  ratting film di rottentomatoes, pemeran film, timeline cerita, musik pengiring dan hal-hal yang tak jauh dari dunia per-nonton-film-an, termasuk akumulasi tarif parkir mall jika mau menonton film secara marathon. Hebatnya, dia selalu mampu menceritakan (dengan sangat sabar) hal-hal di luar alur cerita yang bisa membuatku lebih mengerti timeline antara film yang satu dengan yang lain tanpa memberikan spoiler berlebihan. Misalnya, hubungan antara Peter Parker – Gwen Stacy – Mary Jane yang tidak terceritakan secara jelas (menurut saya) atau Ra’s Al Ghul yang disebut-sebut di Batman juga Arrow, lalu ada hubungan campur-campur antara Captain America, Iron Man, Hulk dan Thor, dan masih banyak lagi hal-hal yang membingungkan lainnya.


Kemarin saya merasa sangat kehilangan sosoknya ketika saya nekat menonton X-Men The Days of Future Past sendirian tanpa panduan dari siapapun. Dan oh Tuhan, itu sama sekali tidak direkomendasikan bagi orang-orang yang belum pernah menonton X-Men sebelumnya, atau orang-orang pelupa seperti saya. Tanpa membolak-balik timeline dari future ke past lalu ke future lagi saja sudah cukup membingungkan bagi saya. Apalagi film itu dengan sekonyong-konyong menyajikan masa depan, lalu tiba-tiba menyodorkan masa lalu yang pada akhirnya menghilangkan masa depan yang tergambarkan di awal. Lalu bagaimana nasib saya sebagai penonton di masa kini? Kebingungan saya masih belum terjawab hingga sekarang. 


Oh iya, saya berencana untuk menonton Godzilla. Apakah ada hal-hal yang perlu saya pelajari sebelum menonton film tersebut? Bagaimanapun, menonton film selalu menyenangkan.

Tuesday, May 20, 2014

Upacara Kebangkitan Nasional

Na-si-o-nal bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa. (KBBI)

Tiga hari yang lalu saya nyekar ke makam eyang di Taman Makan Pahlawan Giri Tunggal Semarang. Pemakaman yang dikelilingi tembok hitam itu tertata apik dengan topi perang di atas pusara dan tanaman melati di atas kepala nisan. Setelah gerbang masuk ada semacam pergola yang diselusuri oleh tanaman rambat yang cukup rimbun, menjadikannya terowongan teduh bagi para peziarah yang masuk ke dalam lingkar tengah makam. Sore itu, ada sekumpulan pekerja makam yang sedang duduk merokok disepanjang jalan setapak, mengeluhkan lembur. Menunggu datangnya batu kerikil hitam penghias makam, katanya. “Bos ndhawuhi harus beres sebelum tanggal 20 mbak.” Oh, saya hanya manggut-manggut pura-pura paham. Berarti mereka hanya punya waktu kurang dari tiga hari untuk menaburkan batu-batu hiasan itu di makam sebanyak ini, batinku. Selesai mengirim doa dan menaburkan sedikit bunga di pusara eyang, saya melihat-lihat daftar nama yang di makamkan di tempat itu. Di atasnya terdapat tulisan, AKU GUGUR MEMBELA NEGARA, LANJUTKAN PERJUANGANKU. Dan semerta-merta aku ingat jika tanggal 20 Mei itu adalah peringatan hari kebangkitan nasional. 


Lagi-lagi tentang peringatan. Upacara yang terus menerus di ulang-ulang tiap tahunnya hanya menjadi prosesi seremonial tahunan yang tidak bermakna. Sebuah momentum, katanya. “Momentum untuk bangkit.” kata amanat pembina upacara yang membacakan pidato buatan tim naskah kepresidenan. Di saat Indonesia seharusnya sedang bangkit secara nasional, jujur dan akur, kita justru melihat calon-calon pemimpin kita sedang sibuk menghitung jatah kursi, jatah menteri, berebut kubu koalisi yang memegang media televisi dan mengumbar janji-janji yang tak pasti. Nasional itu bukan tentang satu-dua orang atau sekumpulan orang dan partai politik. Nasional itu tentang suatu bangsa yang besar, tentang semua yang ada dari Meulingge sampai Merauke, dari Sangihe hingga pulau Rote. Bagaimana kita, bukan kami ataupun mereka, tetapi kita bangkit bersama-sama. Kita sama-sama rindu akan rasa bangga terhadap bangsa kita sendiri, bangga bahwa kita adalah bagian dari bangsa itu, bangsa yang membanggakan. Leluhur kita tak perlu bangkit dari makamnya untuk berjuang karena kita ada di sini, di segala lini roda kehidupan yang akan melanjutkan perjuangan mereka. Berhentilah merasa benar, jadilah manusia yang benar. Berhentilah merasa pintar, jadilah manusia yang pintar. Kita sama-sama jenuh akan keterpurukan, jijik akan kebiadaban, bosan dengan kemiskinan dan jengah atas kebodohan. 

Saya sadar, saya di sini hanya berbicara. Jadi tolong ajari saya untuk menjadi orang yang berguna, yang bisa bangkit dan membangkitkan. Mari kita belajar bersama-sama untuk bisa melakukan tindakan nyata yang bukan hanya semata-mata prosesi upacara. Saya percaya bahwa kita bisa membangkitkan Indonesia.


Nyekar           : berziarah
Pergola    : jalan untuk pejalan kaki, di atasnya terdapat para-para untuk tanaman merambat sbg peneduh yg                                                ditopang oleh deretan tiang di kanan kiri jalan
Ndhawuhi     : (jawa) memerintahkan

Kulihat ibu pertiwiSedang bersusah hatiAir matamu berlinangMas intanmu terkenang

Hutan gunung sawah lautanSimpanan kekayaanKini ibu sedang laraMerintih dan berdoa

Kulihat ibu pertiwiKami datang berbaktiLihatlah putra-putrimuMenggembirakan ibu

Ibu kami tetap cintaPutramu yang setiaMenjaga harta pusakaUntuk nusa dan bangsa

Friday, May 16, 2014

Sebuah Kotak Berpita



Di dalam sebuah kotak berpita,
ada sekumpulan cerita
tentang indahnya cinta
yang melintasi jalur kereta

Di dalam sebuah kotak berpita
ada sebentuk cita-cita
tentang dua hati dan empat mata
yang berharap menyatu adalah nyata

Di dalam sebuah kotak berpita
ada kita, tentang kita


A.S

Sebuah Perenungan

Hanya yang pernah kehilangan yang tahu arti kepemilikan
Saat tahu bahwa "memiliki" bukanlah hak manusia, 
maka "hilang" hanyalah ketiadaan yang kembali ke asalnya
Semua itu adalah tentang keseimbangan
Datang - pergi, lalu besama - sama kembali

Hanya yang punya penyesalan yang tahu arti kesempatan. 
Saat tahu bahwa waktu relatif adalah semu, 
maka putaran hidup hanyalah akibat dari sebab di masa lalu
Atas - bawah, usaha kemudian berserah.

Hanya yang pernah menderita yang tahu arti berbahagia
Saat tahu bahwa memberi bukan tentang pengurangan, 
maka kegembiraan hanyalah perkalian dari apa yang diberikan
Suka - duka, hadiah Tuhan yang jenaka.

Kita itu tentang tidak ada menjadi ada lalu kembali tiada
Kita itu tentang penantian tepatnya masa
Kita itu tentang usaha untuk berbahagia


A.S.

Monday, May 12, 2014

Dekat itu di sini, bukan di sana

Aku mau kamu dan mauku cuma kamu
Kamu begitu dekat tapi mengapa tak lekat
Kamu pun tak jauh namun mengapa pula tak bisa ku sentuh

Aku milikmu walaupun kita tak kunjung bertemu
Aku jatuh cinta meskipun memang tak kasat mata

Hai cinta, mengapa kau bisa menjadi duka?
Kau begitu mencekat saat kau tak cukup rekat
Hai rindu, mengapa kau tak pergi saja dulu?
Aku ingin sejenak lupa tentang jarak yang ada

Apa yang kau harapkan sayang?
Apa aku harus diam saja pasang senyum bersahaja?
Sedang aku pun ingin sesekali bisa memanja
Atau aku harus tetap tertawa saat mungkin kau telah lupa,
bahkan telah berdua?
Aku khawatir, aku cemburu dan aku egois
Aku terus saja berpikir dan tak jarang pula menangis

Mengapa kau di sana dan tak kunjung kemari?
Sedang di sini ada cinta yang bisa kita miliki


A.S

Sunday, May 4, 2014

Beri Tahu Aku

Aku tahu, sudah lama tahu
Saat aku pertama kali menangis karenamu,
aku tahu kau tak seberapa menyayangiku
Aku tahu, sejak lama tahu
Sejak aku bukan menjadi pilihan utamamu,
aku tahu kau tak begitu menginginkanku
Aku tahu, dari dulu tahu
Sedari kau pergi waktu aku begitu membutuhkanmu,
aku tahu aku tak sedemikian berharga bagimu

Aku tahu,
hanya saja aku mendebat logikaku
hanya saja aku menyangkal keadaanku
Aku tahu, hanya saja aku menolak untuk tahu

Aku tahu,
kamu terlalu menyenangkan untuk jadi kenyataan
Akupun tahu,
kamu menjadikan dirimu sebentuk kebiasaan di dalam zona nyaman

Tapi kini aku tak tahu,
saat dengan gamblang kau ganti harapan menjadi kenangan
Aku malah tak tahu,
saat kau hentikan usahamu untuk terlihat meyakinkan

Aku tak tahu, apa aku akan terus berpura-pura untuk tidak tahu.


A.S

Wednesday, April 23, 2014

Surat untuk Pacar Baru

Salam sayang, 

Apa kabar Mas? Semoga Mas selalu sehat dan berbahagia. Ada yang ingin adik ceritakan Mas. Siang ini adik mendapat kiriman kaos yang pernah adik pesan sejak hampir dua bulan yang lalu. Sehelai kaos yang pasangannya ada pada seseorang yang dulu teramat adik sayang. Mas masih ingat lelaki yang dulu adik ceritakan dengan terbata-bata dan berlinang air mata? Lelaki yang pernah membuat adik melantur tentang waktu yang tidak lagi presisi linimasa-nya. Waktu itu, Mas mungkin sempat bingung bahkan jengkel karena tak tahu harus berbuat apa. Mas hanya bisa pasrah merelakan sapu tangan serta pundakmu sembari mengusap kepalaku dan tersenyum takut. Adik ingat betul samar-samar di antara isak adik sendiri, adik mendengar Mas berucap lembut:
"Sekarang saatnya mencoba untuk rela agar tak ada lagi sesalan. Sekarang saatnya belajar maaf agar tak ada lagi bara dendam. Namun kau tak perlu menjadi lupa, hanya perlu ikhlas menerima."

Sore itu gerimis. Tak ada binar senja yang memeluk kita. Hanya saja, semenjak itu aku melihat Mas dengan cara yang berbeda. Entah apa, entah bagaimana. 

Kini adik mulai terbiasa, mulai rela, dan mulai bisa menerima, seperti pintamu Mas. Dan jika takdir bersama kejenakaannya mempertemukan adik kembali dengan pemilik pasangan kaos itu, adik mohon doa-mu, agar adik sanggup untuk berkata dan meminta padanya:

Dulu aku mencintaimu dengan begitu kerasnya. Kau orang yang luar biasa baik, sabar dan penyayang. Kita pernah punya bahagia yang mungkin tak bisa aku lupakan. Dan bersamamu pula aku mengenal teman-teman yang begitu menyenangkan. Sungguh, engkau orang yang teramat baik. Jika tak keberatan, ada yang ingin aku pintakan. Kelak, saat mungkin kita bertemu kembali di pantai kita, saat itu mungkin kau sedang bermain bola dengan anak lelakimu dan aku sedang membuat istana pasir dengan puteri kecilku, kita bisa saling tatap dan bertukar senyum. Saat anak kita bertanya,"Siapa dia?" kita dapat sama-sama menjawab seraya berjabat tangan,"Dia seorang teman. Teman yang teramat baik."

Begitulah Mas, terima kasih atas kesediannya mendengarkan. Oh iya Mas, seandainya kamu, sapu tangan itu dan senyumanmu di sore yang gerimis lalu bukan hanya delusiku, aku akan sangat bahagia.


Yang kini mencintaimu dengan sepenuh hati,
-pacarmu yang baru-



Backsound: Let It Go by Indina Menzel


NB: terinspirasi dari #suratuntukmantan-nya @dedekintan dan surel-nya @ekolalutriono. Terimakasih. :)

Tuesday, April 22, 2014

Tentang Rindu

Tak peduli jatuh sedalam apa ataupun patah serusak bagaimana, hati pada dasarnya butuh untuk ditemani. Karena membutuhkan teman itulah, maka rindu bisa hadir. Dia mampu hadir di sela derai tawa maupun di dalam rinai air mata.

Kamu bertanya, "Bagaimana kabar rindumu? Apakah dia segemuk tahun lalu saat kau beri dia makan jarak sejengkal pulau? Ataukah kini dia kurus kering akibat vonis sakit yang tak bisa disembuhkan?"

Tidak, kataku. Rinduku sehat meskipun tak segemuk dulu. Dia jauh lebih tangguh walaupun sedikit linglung sebab tak tahu kepada siapa dia ditujukan. Hanya sebatas bayang-bayang samar akan seorang lelaki yang entah seperti apa wujud nyatanya. 
Sesekali dia bertanya padaku bagimana lelaki itu kelak. Apakah dia tampan, menyenangkan dan suka makan? Bagaimana genggaman tangannya? Apakah sehangat sarung tangan wol yang digosok penggaris plastik hingga mampu membuat rambut tanganku tegak berdiri? Bagaimana kecupannya? Apakah selembut dan semanis jus alpukat? 
Jawabku, jangan terlalu tinggi berkhayal. Mungkin lelaki itu hanya lelaki biasa, sebiasa-biasanya lelaki. Lelaki biasa dengan sepatu futsal atau gitar atau stick playstation-nya atau lelaki yang punya kebiasaan menebar kaos kaki bau serta handuk basah. 

Sepertinya rinduku tidak keberatan dengan itu, asalkan dia lelaki yang punya senyum manis yang tidak terbatas. Rindu bilang, dia menginginkan lelaki yang tetap tersenyum saat di hadapannya hanya ada nasi lembek dan tempe goreng asin yang sedikit gosong. Pemilik senyum yang dirindukan saat tak nampak dan menambah rindu saat dia tepat menatap.

Begitulah rinduku. Dia hadir saat aku butuh teman untuk menstabilkan emosi, untuk mengusap kepalaku saat lelah demikian mengacau dan untuk meredakan rasa takutku dalam menghadapi dunia yang tak lagi ramah.

https://www.flickr.com/photos/ropemonkey/3418110715/

Kemarilah Tuan, rinduku menantimu.

(backsound: Vanilla Twilight by Owl City)

Monday, April 7, 2014

Sesulit Itu

Aku kembali gagal. Untuk kesekian-kalinya aku tidak bisa bertahan. Tiga tahun tidak juga bisa membuat kami cukup kuat untuk tetap berjuang. Sesulit itukah?

Angan-anganku, dia adalah pangeran itu. Pangeran yang atas izin Tuhan menyelamatkanku, yang bisa aku cintai atas izin Tuhan pula. Sesulit itukah?

Lalu ada kamu, kalian. Mempesonaku dengan angan-angan yang sama. Angan-angan yang hingga kini masih juga berwujud angan. Bahkan, kita sendiri belum sanggup meyakininya, apalagi cukup berani untuk mewujudkannya. Sesulit itukah?

Selamat ulang tahun, Adelina. Jadilah gadis 24 tahun yang berbahagia dan membahagiakan. Yakinlah, bahagia tidak sesulit itu.


Backsound: https://soundcloud.com/adelina-shafetsila/hari-untukmu by: Hendra Bagus Pamungkas

Monday, January 20, 2014

Turun Tangan

Gerakan Turun Tangan diinisiasi oleh Anies Baswedan, Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Gerakan ini diawali kesadaran bahwa masalah di negeri sebesar ini tidak mungkin dapat diselesaikan satu orang. Sekadar urun angan tak akan menyelesaikan masalah, kita pilih untuk turun tangan rame-rame.(http://aniesbaswedan.com/ikut-turun-tangan)



Saya ikut program itu dan saya ikut pula memasang twibbon turun tangan. Untuk apa saya ikut melakukan itu? Karena saya ingin turun tangan. Saya bukannya mau men-dewa-kan Anies Baswedan, saya hanya salah satu orang yang terinspirasi oleh beliau. Saya bukan orang yang tidak ikut pemilu jika pak Anies tidak menang konvensi. Bukan. Saya hanya ingin turun tangan. Saya ingin turun tangan untuk bangsa ini, untuk negara ini, siapapun presidennya, gubernurnya, bupatinya, camatnya ataupun ketua RTnya. Jika dengan turun tangan berarti saya mendukung Anies Baswedan, maka saya akan mendukung beliau sepanjang beliau mendukung kebaikan untuk bangsa ini. Jika bentuk kebaikan di negeri ini berbentuk orang lain (bukan Anies Baswedan), saya rasa pak Anies akan merelakan kekalahannya dan tetap akan turun tangan bagaimanapun caranya untuk kebaikan.

Gambarannya, Anies Baswedan mencanangkan program Indonesia Mengajar, salah satu turun tangan beliau kepada Indonesia. Saya ingin ikut turun tangan seperti itu walaupun kapasitas saya tidak sebanding dengan beliau. Saya tidak lolos seleksi Indonesia Mengajar. Lalu, apakah keinginan saya tersebut hanya saya simpan sebagai angan-angan saya? Saya harap tidak. Saya mengikuti program serupa yang walaupun mungkin lebih tidak bagus, lebih tidak tertata, lebih tidak siap dan lebih banyak kurangnya, tetapi itu mungkin lebih cocok dengan kapasitas saya. Saya ingin turun tangan untuk Indonesia. Saya sadar, turun tangan yang telah saya lakukan tidaklah sebanding dengan apa yang telah sebagian orang lakukan untuk bangsa ini. Oleh karena itu, saya ingin berbuat lebih. Saya ingin turun tangan lebih. 

Saya rasa Turun Tangan untuk Indonesia akan terus dilakukan meskipun Anies Baswedan tidak menjadi presiden. Saya berharap pak Anies akan sependapat dengan saya.

Ayo, turun tangan! ^_^9

Monday, January 13, 2014

Anniversary

Udah maghrib kan ya? Berarti udah waktunya ANNIVERSARY-an. Judul kali ini, anniversary. Banyak anak-anak muda yang suka anniversary-an tiap bulan. Hal itu yang ditentang keras sama teman twitter saya si @dedekintan. Dia berangan-angan membuat seminar yang menjelaskan bahwa anniversary itu diperingati setiap satu tahun sekali, bukan satu bulan sekali (ditanggal yang sama). Kemudian saya sempat bertanya kepadanya, (memohon restu)"Apakah boleh anniversary dihitung berdasarkan kalender hijriah?" Sebenanya saya bukan tipe orang yang suka meng-istimewa-kan sebuah hari atau benda, jadi sebenarnya bagi saya, ulang tahun atau anniversary kapanpun tidak pernah jadi soal. Akan tetapi, terkadang anniversary ditanyakan dalam beberapa kesempatan. Misalnya, ketika memilih status "in relationship" di facebook, kita diminta mencantumkan kapan relationship itu dimulai. Kebetulan yang kami ingat (saya dan pasangan saya di facebook), kami memulai relationship itu disaat hari Maulid Nabi  tiga tahun yang lalu. Jadi, kami putuskan untuk menandai satu hari ) yang memang sudah ditandai dengan warna merah) sebagai hari kami, hari di mana kami berdua mulai menerbitkan mimpi kami bersama-sama.

Petang ini,melihatmu di depan asrama, rasanya masih sama seperti saat melihatmu di depan kos di balik pagar, di bawah pohon rambutan tiga tahun lalu. 

HAPPY ANNIVERSARY....semoga kita diberi kesempatan untuk memeluk mimpi-mimpi kita bersama.

Sunday, January 12, 2014

2013



Bye..bye.. 2013...!!! Bagiku 2013 berarti: RPP, RPP, RPP daaannn RPP sepanjang tahun. (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran -red). Akan tetapi, ketika sekarang (2014) aku ditanya, “Apa yang kamu ingat di tahun 2013?” Jawabku, “Singapore!” Hohoho,, Walaupun (mungkin) sudah mainstream jalan-jalan ke sana, dan katrok (rong ngewu telulas, lungo Singgapur wae ribut!) tetapi setidaknya 4 hari di sana cukup menghapus derita setahun. Pengalamanku ini aku rasa sama sekali tidak bisa dijadikan patokan bagi orang-orang yang ingin melancong ke negeri Singa Dugong (merlion –mermaid lion) itu, baik yang a la backpacker maupun a la koper. Yahh..cerita orang beda-beda kan? Daaaannn....inilah Singapura versi-ku:

Semarang, 24 Desember 2013 (04.00-05.30)
Berangkat menuju stasiun Tawang dibonceng sepeda motor sambil masih kucek-kucek mata (padahal udah mandi lho!). Banyumanik-Tawang kala itu masih lengang, cantik, wangi bunga yang baru turun dari Bandungan, harum bolang-baling yang baru digoreng, menyenangkan. Setibanya di Tawang, Argo Sindoro sudah menunggu di jalur 1, dan berangkatlah kami.

Jakarta, 24 Desember 2013 (12.30)
Argo Sindoro telat setengah jam. Di jemput salah seorang sepupu di Gambir, lalu aku melanjutkan perjalanan ke Tangerang, tempat aku menginap malam itu.

Tangerang - Jakarta – Singapura, 25 Desember 2013
Dari Tangerang, kami ber-taksi (bertujuh) menuju Cengkareng (bandara Soekarno Hatta). Tik-tak-tik-tok...lamaaa...nunggu boarding. (secara, kita sampai jam setengah 7, baru terbang jam 9). Sempet bongkar koper dan bagi rata bawaan untuk dimasukin ke kabin juga gara-gara overload kacang bawang, gula kacang, gula merah, empek-empek, tahu bakso, tahu petis, bandeng presto, kripik tempe, seriping pisang...bla-bla-bla-bla. Keren ya?!! *enggak!* Bagi yang jarang atau baru pertama kali ke Soetta (kayak aku ini), bandara ini kelihatan guedhee..kereennn... Tapi bagi yang sudah berpengalaman di sini (kayak sepupuku), bandara ini kelihatan jorok. Sampai-sampai dia bisa nemuin tikus berkeliaran-mabok lem di samping vending machine. (padahal udah lama aku bengong-kagum sama mesin yang bisa ngeluarin kopi kalau dimasukin uang 5 ribuan itu, aku enggak ngelihat tuh, si tikus mabok).

Kalau  ngelihat bandara Soekarno-Hatta aja aku udah kayak Alice in Wonderland, di Changi airport aku kayak Alice in Super-Wonderland-So-Much. (ah, lebay ding!). Changi mungkin 3 atau 4 kali lipatnya Soetta. Tapi herannya, di dalam sini nggak kayak di dalam bandara (bukan karena nggak ada tikusnya lho, ya!), tapi kayak di dalam mall.

Karena itu tanggal 25 Desember 2013 = Hari Natal = Seminggu sebelum tahun baru 2014 = liburan semester ganjil ana-anak sekolah di Indonesia, jadi rame bangetlah itu bandara bertebaran orang-orang Indonesia di mana-mana, di toilet, di sebelah pohon cemara lebih-lebih di antrian yang nge-cek-in passport. Eng-ing-eng... sepupuku sudah siap menjemput dan muncul di antara kerumunan sambil nunjukin “kartu sakti” nya kepada petugas. Setelah dia ngobrol-ngobrol (kami duduk-duduk serta foto-foto), kami diizinkan lewat hanya dengan senyum kepada petugas. (curang ya? Ya, sudah yaa..maafkan kami ^_^). Keluar Changi kami naik mobil gedhe (sejenis shuttle) menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia.



Sorenya, selepas ashar kami pergi mengunjungi nenek Singa-Dugong dan bayi Singa-Dugong di Merlion Park (FYI, katanya di Singapura itu ada lima merlion resmi. Di Merlion Park ada 2, yang tertua dan yang terkecil, di Pulau Sentosa yang terbesar, terus ada di Gunung Faber sama di Orchard Spring Lane). Aku nggak sempet liat yang dua terakhir. Dari Merlion Park, kita bisa melihat bangunan megah, mall, hotel, casino berbentuk kapal yang nyangsang di atas hotel (kata budhe, itu Noah Arc), flyer dan lain-lain. Di teluk tempat nenek Merlion memuntahkan airnya banyak balon-balon berisikan wish untuk tahun 2014 yang ditulis oleh pengunjung (khusus untuk akhir tahun mungkin). Sedangkan yang setiap malamnya ada di sana, yaitu pertunjukan laser. Semacam layar tancep di atas air yang layarnya menggunakan semburan air dan entah bagaimana caranya bisa begitu indah, indah banget sebab gratis.




26 Desember 2013
Empat keponakan ngebet ke USS (Universal Studio of Singapore) dan aku ngeri ngebayangin wahana di sana (terutama ngeri harga tiket masuknya: 65 SGD). Jadilah mereka ke USS dan aku bersama para tetua-tetua rombongan cabut ke Garden by the Bay.  Taman yang diresmiin sama pangeran Inggris dan istrinya: ayam yang beratnya setengah ton, Kate Middleton (ahahahaa...just kidding! –garing). Jadi intinya taman itu merupakan gabungan taman-taman kecil beserta spesies khasnya dari seluruh dunia. Tanaman yang menonjol (kalau dilihat dari souvenir yang ditawarkan) adalah anggrek dan raflesia arnoldi. Padahal, menurut kabar yang pernah aku baca di akun twitter @AndaTahu, bunga nasional Indonesia ada 3: Melati, anggrek dan raflesia arnoldi. Nah lho, sisa melati doang tuh! Udah tinggal sisa satu, dibilang bunga “murah” pula. (hotel melati = hotel yang terjangkau oleh masyarakat ekonomi lemah – KBBI).
Malamnya kami ke Mustofa Center. Tempat belanja di kawasan Little India (mungkin pemiliknya juga orang India) yang menjual apa saja, kecuali (mungkin) tuyul.

27 Desember 2013
Shopping time! --- Aku nemenin doang sih!
Pertama, ke swalayan yang namanya pakai huruf China, kasir dan kebanyakan pembelinya orang Tionghoa juga bahasa yang digunakan bahasa Mandarin. Belinya: banyak mie instan dan keperluan rumah lainnya. Hal-hal unik, yaitu: sebelum masuk supermarket ambil troli belanja dulu. Caranya: masukin koin 1 SGD supaya bisa melepas rantai yang mengikat troli sebagai jaminan kalau troli rusak atau sampai dicuri dibawa pulang ke rumah (serius). Soalnya troli boleh dibawa dan ditinggal begitu aja di halte bis. Dan kalau kamu (maaf) seorang nenek-nenek tua, cerewet, dan (mungkin) Cina, kamu boleh masuk ke dalam swalayan naik sepeda listrik yang beroda tiga, membawa belanjaan dikeranjangnya sambil ngomel sepanjang waktu pakai bahasa Mandarin.
Kedua, Anchor Point. Si mbak sepupu ngebet beli tas ber-merk yang katanya lebih murah kalau beli di situ. Kami masuk ke kiosCharles & Keith lengkap dengan belanjaan mie instan. Akhirnya setelah sekian lama memilih antara hitam dan cokelat, dapatlah tas pujaan hati dengan harga “murah”. Karena aku belum pernah menginjakan kakiku ke C&K, jadi aku tidak bisa membayangkan semahal apa tas itu jika berada di kios C&K di Jakarta atau di Semarang atau di manapun selain di situ.
Ketiga, Orchard Road. Malioboronya Singapura kali ya! Sepanjang jalan itu berderet Mall. Kami masuk ke Lucky Plaza. Belanja gantungan kunci merlion 10 SGD = 1,5 lusin, gantungan kunci kepala Barbie 10 SGD = 3 buah, Kaos I love Singapore 10 SGD = 3 buah, tas jinjing 10 SGD = 3 buah dan lai-lain. Pokoknya satuan yang digunakan di situ adalah 10 SGD. Nggak tahu kalau seandainya beli eceran jadi berapa. Itu mall murahnya, mall mahalnya yang bisa aku ingat: Paragon (karena namanya sama dengan mall di Semarang). Kalau ada game QuizLogo tentang fashion, aku yakin bisa menebak semua logonya. Disitu komplit-plit-plit barang-barang bermerk terkenal (baca: mahal). Yang aku suka dari Orchard Road adalah es krim Orchard (Nggak tahu nama aslinya apa). Es krim batangan di antara dua tumpukan roti atau wafer. Bisa buat kasih makan burung yang banyak bertebaran disitu juga.
Keempat, Queensway. Ini yang aku tunggu-tunggu. Bukan belanjanya, tapi dari Orchard Road, kami naik MRT. Siapa tahu aku keburu mati sebelum MRT yang di Jakarta itu selesai dibangun. Di situ, para  keponakan ngubrek-ubrek sepatu.
Kelima, yang paling aku tunggu-tunggu: Pulaanggg... T,T

28 Desember 2013
Pulau Sentosa. Para tetua ingin berkunjung ke S.E.A (South East Aquarium) sebelahnya USS. Aku sendiri nggak masuk, karena nggak begitu kepingin. Jadi, hanya duduk-duduk di mini teather yang menayangkan ekspedisi Cheng Ho setiap 15 menit sekali. Yang aku suka adalah bentuk kapal Cheng Ho yang mirip kepala Kura-kura di Avatar the Legend of Korra 2 part avatar Wan. Setelah menonton video kurang lebih 12 kali, rombongan yang masuk ke aquarium akhirnya keluar. Kami akhirnya meninggalkan pulau Sentosa yang dibangun pakai tanah yang diambil dari Indonesia (ngangkutnya pakai apaan ya?) setelah sempat nengokin papa Merlion. Kemudian para sepupu kepingin belanja (lagi) dan para ponakan kepingin nonton bioskop. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut para tetua yang kepingin pulang. Hohohoho,,

29 Desember 2013
(09.00) Changi Airport – Pesawat – Bandara Soekarno Hatta – Bis Damri – Stasiun Gambir – Kereta Argo Sindoro – Stasiun Tawang – Sepeda Motor – Banyumanik (00.30). Huwaaaa...!!!! Besoknya harus presentasi dan belum menyiapkan apapun.

Postingan kali ini panjang dan nggak informatif juga ya? Hahaha,, terimakasih sudah sabar membaca hingga selesai. :D

Selamat Tahun Baru and Happy New Year..!! ^_^