Tuesday, April 22, 2014

Tentang Rindu

Tak peduli jatuh sedalam apa ataupun patah serusak bagaimana, hati pada dasarnya butuh untuk ditemani. Karena membutuhkan teman itulah, maka rindu bisa hadir. Dia mampu hadir di sela derai tawa maupun di dalam rinai air mata.

Kamu bertanya, "Bagaimana kabar rindumu? Apakah dia segemuk tahun lalu saat kau beri dia makan jarak sejengkal pulau? Ataukah kini dia kurus kering akibat vonis sakit yang tak bisa disembuhkan?"

Tidak, kataku. Rinduku sehat meskipun tak segemuk dulu. Dia jauh lebih tangguh walaupun sedikit linglung sebab tak tahu kepada siapa dia ditujukan. Hanya sebatas bayang-bayang samar akan seorang lelaki yang entah seperti apa wujud nyatanya. 
Sesekali dia bertanya padaku bagimana lelaki itu kelak. Apakah dia tampan, menyenangkan dan suka makan? Bagaimana genggaman tangannya? Apakah sehangat sarung tangan wol yang digosok penggaris plastik hingga mampu membuat rambut tanganku tegak berdiri? Bagaimana kecupannya? Apakah selembut dan semanis jus alpukat? 
Jawabku, jangan terlalu tinggi berkhayal. Mungkin lelaki itu hanya lelaki biasa, sebiasa-biasanya lelaki. Lelaki biasa dengan sepatu futsal atau gitar atau stick playstation-nya atau lelaki yang punya kebiasaan menebar kaos kaki bau serta handuk basah. 

Sepertinya rinduku tidak keberatan dengan itu, asalkan dia lelaki yang punya senyum manis yang tidak terbatas. Rindu bilang, dia menginginkan lelaki yang tetap tersenyum saat di hadapannya hanya ada nasi lembek dan tempe goreng asin yang sedikit gosong. Pemilik senyum yang dirindukan saat tak nampak dan menambah rindu saat dia tepat menatap.

Begitulah rinduku. Dia hadir saat aku butuh teman untuk menstabilkan emosi, untuk mengusap kepalaku saat lelah demikian mengacau dan untuk meredakan rasa takutku dalam menghadapi dunia yang tak lagi ramah.

https://www.flickr.com/photos/ropemonkey/3418110715/

Kemarilah Tuan, rinduku menantimu.

(backsound: Vanilla Twilight by Owl City)

No comments:

Post a Comment