Sunday, April 19, 2015

Hari Ketika Aku Paling Mencintaimu

12 April 2015

Akan tiba suatu hari bilamana pagi, kitalah embunnya. Bilamana  fajar, kitalah sang surya. Pagi terindah sepanjang hidup saat mentari masih redup hingga terang sepertinya gugup. Gugup menjelma degup yang mengusik menggelitik merayu nafas yang resah membisik. Saat terang mulai bersemu, lalu detik menit bukan lagi waktu. Kita bertemu tidak lagi di dalam ragu, tidak lagi merasa malu sebab kita telah menjadi satu.

Aku ingat saat kau menatapku lekat ketika aku datang mendekat. Kukalungkan untaian melati sebagai tanda bakti yang suci lagi wangi. Di depan para saksi, kita sah terikat janji. Kau mungkin tak mengerti bahwa tatapanmu berisi jawaban yang aku nanti: Iya, akulah sang pelangi selepas hujan dan menjadi  garis perakmu di tepian awan.  Aku yang akan menyayangi dari rambut hingga ujung kaki. Dan aku pulalah yang akan melindungi, mengobati, serta mencintaimu sampai mati.

Kemudian kita bergandeng tangan mengeja masa depan untuk meraih angan-angan. Aku mencintaimu dan aku yakin demikian pula denganmu mencintaiku tanpa ragu.


Lalu senja. Apa yang bisa aku katakan tentangnya? Kata sepertinya tak lagi mampu bicara. Jingga terindah yang tenggelam di hamparan sawah. Dalam senja itu kitalah yang bersemu membias merah.

5 comments: