12 April 2015
Akan tiba suatu hari bilamana pagi, kitalah embunnya.
Bilamana fajar, kitalah sang surya. Pagi
terindah sepanjang hidup saat mentari masih redup hingga terang sepertinya
gugup. Gugup menjelma degup yang mengusik menggelitik merayu nafas yang resah
membisik. Saat terang mulai bersemu, lalu detik menit bukan lagi waktu. Kita
bertemu tidak lagi di dalam ragu, tidak lagi merasa malu sebab kita telah menjadi
satu.
Aku ingat saat kau menatapku lekat ketika aku datang
mendekat. Kukalungkan untaian melati sebagai tanda bakti yang suci lagi wangi. Di
depan para saksi, kita sah terikat janji. Kau mungkin tak mengerti bahwa
tatapanmu berisi jawaban yang aku nanti: Iya, akulah sang pelangi selepas hujan
dan menjadi garis perakmu di tepian
awan. Aku yang akan menyayangi dari
rambut hingga ujung kaki. Dan aku pulalah yang akan melindungi, mengobati, serta
mencintaimu sampai mati.
Kemudian kita bergandeng tangan mengeja masa depan untuk meraih
angan-angan. Aku mencintaimu dan aku yakin demikian pula denganmu mencintaiku
tanpa ragu.
Lalu senja. Apa yang bisa aku katakan tentangnya? Kata
sepertinya tak lagi mampu bicara. Jingga terindah yang tenggelam di hamparan
sawah. Dalam senja itu kitalah yang bersemu membias merah.
So sweet
ReplyDelete^_^
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteTrnyta adel puitis bgt ya...
ReplyDeleteNggak sepuitis guru bhs. Indonesia lah.. He,,
Delete