Friday, February 22, 2013

Satu Buket Hinaan

Jamnya makan siang. Aku segera beranjak dari meja untuk pergi ke kantin. Dari depan pintu ruangan kerjaku, kulihat ada seseorang yang menghampiri.

"Dek, nih ada kiriman." Teman sekantorku menghampiriku sambil cekikikan.
"Dari siapa mbak?" aku terima se-buket mawar merah.

Mbak Fida hanya mengangkat bahu sambil berlalu tertawa makin keras. Kiriman bunga ke kantor dan tidak ada nama pengirimnya.

Pesan yang tertulis: Nih, gue kasih...apa yang gak pernah pacar loe kasih.. hahaha...

Sepertinya aku tahu siapa yang kirim. Sambil merengut kecewa, aku buang paketan itu ke tempat sampah. Rupanya mas Roni melihatnya. Teman sekantorku yang lain.

Dia memungutnya dan bertanya,"Kenapa dibuang Dek? Bunga bagus begini. Mahal nih..."
"Gak suka."
"Heu...sejak kapan gak suka bunga? Kok taplak meja kerjamu masih kayak Kebun Raya Bogor gitu? Gara-gara buket bunganya bukan bunga bangkai yak? Hahaha..."
"Gak suka yang kirim."
"Orangnya humoris, perhatian, sampai tahu kalau pacarmu gak pernah kasih bunga segala."
"Itu penghinaan. Pacarku memang nggak romantis. Mungkin juga dia malu kalau bersikap lembek pake kasih bunga segala. Bunga kan gak ada gunanya. Mending dia traktir aku makan, jalan-jalan atau nonton. Lagian aku bisa kok, beli sendiri. Atau...Ah, that's not a big deal!"
"No. It's a big deal. It's not as simple as you said." katanya lirih
"Yes. It is as simple as I said!" teriakku

Mas Roni cuma menggelengkan kepala sambil berbalik meletakan bunga itu kembali di tempat sampah.

(to be continued)

No comments:

Post a Comment