Telah kunyatakan perasaan dalam setiap helaan,
kuulang hingga terdengar usang. Berbagai cara aku hadirkan demi hatimu yang
sekian lama kurindukan. Saat akhirnya bibir tipismu mengiyakan, bahkan air mata
terlalu sederhana untuk mewakili kebahagiaan. Lalu semalam, hatiku remuk redam,
kau buat tiada dalam tangismu olehnya. Pengorbananku tak seberharga kenanganmu
tentangnya. Andai saja kau bahagia, maka sakitku tidaklah seberapa. Sialnya
kutemukan kau dalam keadaan hampa, nyaris tak bernyawa. Kau, perempuan yang
begitu lama kudamba, hanya bersisa gema masa lalumu dengannya. Sesekali memang
wajahmu merona, berbayang ponimu yang sealis mata. Kaupun tertawa dan aku mulai
percaya bahwa kau memberiku cinta.
Gadisku, katakanlah pintamu. Jikapun kau
memilihnya, tak peduli caranya kau harus berbahagia. Dan bila ternyata
bersamaku adalah inginmu, aku tak ingin lagi ada sendu yang memilu. Sayangku,
jawablah tanyaku. Haruskah tetap kugenggam tanganmu saat kau tolehkan wajahmu
pada masa lalu?
Sayang, ini yang aku punya. Mungkin tidak terlalu
banyak tawa, namun tak akan pernah kubiarkan ada lara. Mungkin tak terlalu banyak waktu,
tapi kupastikan semua ini tidaklah palsu. Pilihlah, putuskanlah, berbahagialah.
Percayalah, ini bukan pasrah. Satu hal tentangku terhadapmu: aku tak akan
pernah menyerah.
No comments:
Post a Comment