Jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kau sebut dalam doamu, mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam-diam mendoakanmu
--- seseorang
Jumat
tanggal tiga belas dan luka itu masih cukup jelas membekas. Satu bulan menuju
hari bahagiaku dimana aku akan tertawa sampai kaku, sampai hilang semua ragu.
Aku mulai berbenah, berusaha membuat kamarku tampak berubah, mencoba
menyingkirkan beberapa benda yang masih juga membuatku resah, terutama mengelap
noda darah dari hatiku yang pernah terluka parah. Tempo hari kau bertanya apa
yang kupinta, apa yang bisa kau bawa, dan aku yakin kau sanggup membawakanku
semesta. Namun tahukah kau, aku terlalu takut untuk meminta sebab aku sedang
belajar untuk mencinta. Aku takut tak bisa menolakmu dengan segala pesona
pembawa bahagia. Oh, aku akan berbahagia walau orang mungkin tak percaya bahwa aku
sanggup bahagia --- dengan cara membuat luka.
Satu
tahun kita bersama dan aku mulai berdoa. Satu tahun kita mengambil tempat yang
berbeda dan aku tetap berdoa. Satu tahun kita kembali berjumpa dan aku masih berdoa.
Satu tahun kita berpisah, sebuah doa lain menjemputku bersamanya. Aku akan
mulai membalas doanya, mencintanya dan berbahagia serta membahagiakannya. Untukmu,
semoga segera kau temukan tempatmu.
Sudah
saatnya tiba aku berhenti bercerita tentang lalunya masa, mencoba berkisah
tentang cinta yang fitrah serta cita-cita yang indah.
Terimakasih
atas kisah kasih seorang kekasih, semoga Tuhan selalu mengasihi. Aamiin.
Beruntunglah jika kamu
dibersamakan dengan orang yang kau sebut namanya dalam doamu sekaligus diam-diam
mendoakanmu.
No comments:
Post a Comment