Thursday, May 29, 2014

Peluit


Peluit itu ia berikan, sebelum aku pergi perlahan
Peluit yang padanya aku percayakan rasa takut, rindu dan angan
Selalu kutiup bilamana air mata mulai menggenang,
rasa takutku seketika datang, dan
kakiku mendadak goyang.
Rindu, ah iya, selalu tentang rindu
Kunikmati rindu layaknya hari yang mula dingin lalu menghangat
dan kemudian ranum jingga di ujung barat
Rindu yang terkadang membuat kami lepas tetawa,
Namun tak jarang pula membuat pilu bagai hilang nyawa
Kami melewatinya dengan cukup baik,
walaupun ada bekas luka yang tak cukup resik

Di suatu sore yang mulai remang,
akupun kembali pulang
Dari rumah seberang, kulihat kau berlari datang
memastikan diri kau tak salah orang
Kau melihatnya, peluitku yang memantulkan cahaya
Ini milikku, katamu
Bukan.
Ada namaku.
Lalu aku tahu, di mana dunia baruku


A.S

No comments:

Post a Comment