Wednesday, November 19, 2014

Time Capsule


Hai, apa kabar? Jika kau membaca surat ini berarti kau masih hidup. Semoga hidupmu diberkahi Tuhan dengan kesehatan. Dulu kau sering mengeluh maag dan migraine sebab makan dan tidurmu kurang teratur. Mungkin saat ini kau sudah bisa menenangkan pikiran dan mengelola emosi dengan lebih baik. Katanya, waktu mengajarkan perubahan. Kuharap badanmu tak sekurus dulu. Aku selalu prihatin ketika memandang cermin melihat deretan tulang yang menonjol di pangkal leher dan dada. 
Oh ya, bahagiakah dirimu? Sibuk apa sekarang? Siapa suamimu? Berapa anakmu? Saat kutulis surat ini, hal-hal itulah yang memenuhi benakku. Kau pasti menganggapku bodoh setengah mati. Kau ingat, saat aku patah hati berulang kali dan  menangis menjadi-jadi? Kau pasti akan menasehatiku dengan bawel bahwa aku ini perempuan yang teramat rewel. Sebelum kau mengomeliku, kiranya aku akan mendahuluimu.

Serahkanlah segala sesuatu kepada Tuhan, jika usahamu tidak lagi bisa kau paksakan maka sudah saatnya kau memasrahkan. Kau bisa memulainya dengan membaca Al-Quran. Ingatkah kau dengan ayat sakti yang aku baca dengan tidak sengaja ketika sakit hati? fabiayyi alaa 'iraabikumaa tukadzdzibaann? Kau pasti lebih tahu tentang hal itu. Tentang syukur dan sabar. Kuharap kau bukan sosok emak-emak yang berpikiran repot dan merepotkan. Eh, kau bukan perawan tua yang judes, bawel, dan menyebalkan kan? Kalau iya, berubahlah. Kudoakan kau masuk surga dan punya suami tampan di sana. Oh iya, tentang hal itu. Kau ingat, sudah berapa kali dulu kau jatuh cinta? Secara pribadi aku meminta maaf yang sebesar-besarnya karena kelakuanku dulu memberimu lara yang tragis bahkan lebih banyak dari cinta bahagia.

Kau punya anak? Berapa? Cantik dan tampankah? Pasti mereka segalanya. Tentang anakmu, ada yang ingin aku pintakan: bekali mereka dengan ilmu agama yang baik, bebaskan mereka melakukan apa yang mereka suka sejauh mereka mampu menjadi yang terbaik dalam hal itu, dan jangan persulit mereka ketika mereka mulai menemukan belahan hatinya juga restui mereka selama ikatan mereka dalam kaidah norma yang baik. Aku tahu, kau mempunyai pemikiran sendiri, kaupun orang yang selalu merasa benar sendiri. Kau bisa menilai tetapi jangan sekali-kali memaksa tanpa alasan yang cukup bagus. Oh, kau pasti bisa membedakan alasan logis dan sangat pintar membuat serta berargumen tentangnya.


Sudah ya, kapan-kapan kita berbincang lagi. Aku selalu mendukung dan mendoakanmu. Kau tak pernah sendiri.

No comments:

Post a Comment